kievskiy.org

Panas Matahari di Rancaekek Lebih dari 12 Jam, Salah Satu Penyebab Angin Puting Beliung

Salah satu titik kemacetan di Jalan Raya Rancaekek-Garut pascabencana angin puting beliung, Kamis, 22 Februari 2024.
Salah satu titik kemacetan di Jalan Raya Rancaekek-Garut pascabencana angin puting beliung, Kamis, 22 Februari 2024. /Pikiran Rakyat/Ahlaqul Karima Yawan

PIKIRAN RAKYAT - Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Eddy Hermawan mengungkapkan penyebab angin puting beliung di Rancaekek, Kabupaten Bandung pada Rabu, 21 Februari 2024 pukul 16.00 WIB.

Menurut Eddy Hermawan, Rancaekek menjadi kawasan yang menerima cahaya matahari dengan intensitas lama. Hal ini berpotensi besar menjadi pusat tekanan rendah, sehingga awan-awan yang ada di sekeliling akan tersedot.

"Delta T (perbedaan dua suhu) tajam. Siang hari panas banget, malam hari dingin banget. Itulah yang menjadikan kawasan Rancaekek berbeda dengan kawasan di sekelilingnya," kata Eddy Hermawan.

"Kawasan yang menerima cahaya matahari lebih dari 12,1 jam berpotensi besar menjadi pusat tekanan rendah, sehingga awan-awan yang ada di sekeliling akan tersebut," ujarnya melanjutkan.

Eddy menerangkan proses pembentukan angin puting beliung di Rancaekek, bahwa jika langit sudah mulai gelap dan pekat, angin sudah mulai kencang, tidak ada lagi cahaya matahari masuk, dan benda-benda kecil sudah mulai terangkat, maka itulah fase pembentukan puting beliung dari pertumbuhan menjadi puncak.

Ketika angin sudah mulai berputar, maka puting beliung tersebut akan menelan semua kawasan yang mengalami fenomena tekanan rendah, seperti di Rancaekek.

Perubahan Tata Guna Lahan di Rancaekek

Selain itu, Eddy Hermawan juga menyatakan adanya perubahan tata guna lahan dari sebelumnya kawasan hijau menjadi industri, ini menjadi salah satu penyebab angin puting beliung di Rancaekek.

Eddy menjelaskan uap air dan udara dari utara, selatan, barat, dan timur masuk semua ke Rancaekek, sementara pada kawasan lain atau daerah sekitar Rancaekek tidak ikut mengalami fenomena tersebut.

Pemansan intensif membuat Rancaekek secara tiba-tiba menjadi kawasan pusat tekanan rendah. Awan-awan besar kumulonimbus berkumpul di Rancaekek.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat