kievskiy.org

Qantas Airways Wajibkan Penumpang Perlu Vaksinasi Covid-19 untuk Penerbangan Internasional

Qantas Airwais wajibkan calon penumpang internasional sudah di-vaksinasi Covid-19 untuk penerbangan internasional
Qantas Airwais wajibkan calon penumpang internasional sudah di-vaksinasi Covid-19 untuk penerbangan internasional /Instagram.com/@qantas


PIKIRAN RAKYAT - Maskapai asal Australia, Qantas Airways mewajibkan penumpangnya perlu vaksinasi Covid-19 untuk penerbangan internasional.

Hal ini diungkapkan oleh CEO Qantas Airways Alan Joyce pada Senin, 23 November 2020 malam. Dia mengatakan vaksinasi Covid-19 kemungkinan akan menjadi hal yang umum di seluruh industri penerbangan.

"Kami sedang mengubah syarat dan ketentuan kami untuk mengatakan kepada penumpang internasional bahwa kami akan meminta orang untuk melakukan vaksinasi sebelum mereka bisa naik pesawat," katanya, seperti dikutip Pikiran-rakyat.com dari AFP.

Baca Juga: Apa Beda Vaksinasi dan Imunisasi? Ini Penjelasan Guru Besar UI

"Apakah Anda membutuhkannya di dalam negeri, kami harus melihat apa yang terjadi dengan Covid-19 di lapangan, tetapi yang pasti, untuk pengunjung internasional yang datang (ke Australia) dan orang-orang yang meninggalkan negara itu, kami pikir itu adalah suatu kebutuhan," ujarnya menambahkan.

Joyce memperkirakan aturan tersebut kemungkinan akan menjadi praktik standar di antara maskapai penerbangan di seluruh dunia, dimana pemerintah dan maskapai penerbangan saat ini sedang mempertimbangkan pengenalan paspor vaksinasi elektronik.

Perbatasan internasional Australia secara efektif ditutup sejak Maret 2020 untuk membatasi penyebaran Covid-19.

Baca Juga: Bagaimana Cara Vaksin Bekerja Lalu Apa Tujuan dari Imunisasi? Ini Dia Penjelasan dari Guru Besar UI

Negeri Kangguru itu bahkan membatasi jumlah warganya yang diizinkan untuk kembali setiap minggu. Hal ini menyebabkan puluhan ribu warga Australia terdampar di luar negeri.

Maskapai Qantas telah melarang lebih dari 200 pesawat dan memecat 8.500 staf untuk menutupi kerugian sebesar 1,9 miliar dolar yang disebabkan oleh turunnya permintaan penerbangan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat