kievskiy.org

Ekonomi RI Tumbuh 3 Persen, Politikus Demokrat Sebut Biayanya 100.000 Kematian Covid-19

Politikus Demokrat Rachland Nashidik (kanan)
Politikus Demokrat Rachland Nashidik (kanan) /Twitter.com/@RachlanNashidik


PIKIRAN RAKYAT - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi (produk domestik bruto/PDB) Indonesia secara kumulatif pada Januari-Juni 2021 naik sebesar 3,1 persen jika dibandingkan pada semester I/2020.

Menanggapi hal itu, Politikus Partai Demokrat Rachland Nashidik lewat akun Twitter-nya menyampaikan tak patut merayakan pertumbuhan ekonomi sebesar 3 persen.

Menurutnya, meski ekonomi Indonesia keluar dari resesi, harus dibayar dengan 100.000 kematian warga akibat Covid-19 dan Indonesia menjadi episentrum pandemi di Asia.

Bahkan kata Rachland Nashidik, pandemi di Indonesia disebut-sebut terburuk dan dikucilkan dalam pergaulan internasional.

Baca Juga: SBY 'Disalahkan' karena Beli Pesawat Kepresidenan Warna Biru, Andi Arief Jelaskan Alasannya

"Saya tak yakin kita patut rayakan. Ekonomi keluar dari resesi dengan biaya hampir 100 ribu nyawa warga negara -- 30 ribu pada bulan Juli. Indonesia jadi episentrum pandemi di Asia, disebut terburuk di dunia, dan dikucilkan dalam pergaulan internasional," kata @RachlandNashidik.

Hal itu ia sampaikan sambil membagikan cuitan dari Politikus Partai Demokrat, Andi Arief.

Lebih lanjut, Rachland Nashidik mengatakan fokus Presiden Jokowi untuk menyelamatkan ekonomi berhasil dan tumbuh jadi 3 persen.

Tapi kata dia, Indonesia terjungkal dalam pandemi dengan kematian 100.000 jiwa, positivity rate 500.000, jadi episentrum Asia dan dikucilkan dunia.

"Fokus Jokowi menyelamatkan ekonomi berhasil. Ekonomi tumbuh jadi 3%. Indonesia keluar dari resesi tapi terjungkal dalam pandemi. Kematian hampir 100 ribu jiwa -- 30 ribu di bulan Juli. Positivity rate 500 ribu. Indonesia episentrum pandemi Asia, dikucilkan dunia. Patut dirayakan?," kata Rachland Nashidik.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat