JAKARTA, (PR).- Pemerintah tengah berkomunikasi dengan Thailand dan Malaysia untuk menelusuri mengenai anjloknya harga karet di tingkat dunia. Diduga anjloknya harga karet tersebut disebabkan oleh adanya spekulan.
"Sebenarnya (produksi) karet tidak oversupply, tapi kok harganya turun terus? Pasti ada yang tidak beres," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, usai Rapat Koordinasi mengenai karet di Jakarta, Jumat 1 Januari 2019.
Dia mengatakan, ada tempat yang paling menentukan harga karet dunia, yaitu bursa Singapura dan Bursa Shanghai. "Ada spekulan yang banyak memainkan informasi. Kita sudah melihat stoknya, paling (habis) dua bulan (kebutuhan dunia). Itu mestinya gak jatuh harganya," kata dia.
Meskipun demikian, Darmin mengatakan, Indonesia tidak bisa bergerak sendiri dalam mengatasi harga karet yang terus merosot. Indonesia perlu bekerja sama dengan negara produsen karet lainnya.
"Kita sedang galang komunikasi dengan Thailand dan Malaysia untuk menelusuri udah pada tau sebenarnya, tapi kita perlu kerja sama dalam mengambil langkah. Kalau Vietnam juga produsen karet, tapi dia tidak mau (kerja sama)," ujar dia.
Upaya Domestik
Selain itu, menurut Darmin, pemerintah juga berupaya untuk menaikan harga karet dengan meningkatkan permintaannya di tingkat domestik. Salah satunya dengan menyerap karet untuk bahan campuran aspal.
"Jika penggunaan karet naik, maka harganya pun ikut naik. Caranya yaitu dengan menggunakan karet di luar kegunaannya saat ini," tuturnya.
Darmin mengatakan, penggunaan karet pada aspal jalan memang sedikit menaikan biaya produksi. Namun daya tahan aspal yang menggunakan karet lebih baik.