kievskiy.org

Iklim Usaha 2020 Diprediksi Labil, UMKM Harus Kerja Keras

PENGUNJUNG melihat produk kerajinan dari bahan koran bekas saat Gebyar Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Juara di lapangan Kampus IPB, Baranangsiang, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu, 28 September 2019.*
PENGUNJUNG melihat produk kerajinan dari bahan koran bekas saat Gebyar Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Juara di lapangan Kampus IPB, Baranangsiang, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu, 28 September 2019.* /ANTARA

I

JAKARTA, (PR).- Iklim usaha di tahun 2020 mendatang diperkirakan masih tidak stabil yang di antaranya akibay sejak Juli 2019 lalu, pelemahan ekonomi cukup drastis, menurun dari kondisi pada Januari sampai Juli yang cukup membaik.

Oleh karena itu, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) harus bekerja ekstra keras dalam menghadapi perkembangan yang terjadi ini.

"Dukungan pemerintah sangat diperlukan. Swlain akses perbankan,  salah satunya dengan cara ekonomi kreatif yang akan menambah nilai tambah. Mungkin yang jadi masukan ke pemerintah adalah UMKM itu harus diarahkan untuk tidak hanya menjual barang," kata Presiden Direktur UKM Babarafi, Nilamsari saat Focus Group Discussion (FGD) dengan tema Prospek Perekonomian 2020, Tantangan dan Peluang bagi UMKM, di Kementerian Koperasi dan UKM, Jakarta, Kamis 5 Desember 2019.

Baca Juga: Perdagangan Bebas Harus Lindungi UMKM

Nilam mengatakan, selama ini UMKM Indonesia hanya berfokus pada penjualan produk saja. Padahal, keuntungan utama terdapat pada nilai bisnis itu sendiri atau yang biasa dikenal dengan Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI).

"Contohnya di Babarafi tidak menjual kebab, kita tidak menjual burger, bahkan kita tidak menjual gerobak. Tapi yang kita jual adalah potensi bisnisnya," ujarnya.

Selain itu, kata Nilamsari, transformasi digitalisasi juga menjadi solusi UMKM menghadapi pelemahan ekonomi ini.

Pemanfaatan digitalisasi ini bisa membantu pemasaran menjadi lebih efisien dan dapat menekan biaya.

"Lebih efisien dengan biaya yang kecil tapi impact-nya besar. Karena kalau sekarang bagi-bagi brosur sudah gak jaman. Sekarang pasang aja iklan digital, sama dengan biaya cetak satu brosur satu rim, lebih terkena. Kita tinggal targetkan orangnya mau yang mana, jenis kelaminnya apa, dan lain-lain," katanya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat