kievskiy.org

Febrio : Dana Stimulan Tidak Akan Cukup untuk Tangani Dampak Covid-19

ILUSTRASI krisis ekonomi.*
ILUSTRASI krisis ekonomi.* /PIXABAY

PIKIRAN RAKYAT - Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Febrio Natan kacaribu, mengatakan, bahwa krisis ekonomi yang terjadi saat ini baru memasuki tahap awal. Dirinya juga meragukan, jika stimulus fiskal sebesar Rp 405 triliun akan cukup untuk menangani pandemi Covid-19.

Meskipun penyebaran Covid 19 bisa diatasi, Febrio mengatakan, dampak ekonomi pandemi tersebut masih membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pulih. “Kita belum melihat adanya end of crisis. Kita melihat awal dari krisis, dan tanda-tanda bahwa dampaknya akan lebih dalam,” ujar dia saat diskusi secara daring, Senin 20 April 2020.

Dia mengatakan, ekonomi global termasuk Indonesia penuh akan ketidakpastian. Hal itu diprediksi masih akan berlanjut pada 2021.  Meskipun tahun depan diprediksi ekonomi Indonesia akan mengalami rebound.

Baca Juga: Meski PSBB Diterapkan, Sektor Industri Diizinkan Tetap Beroperasi

“Namun kami belum tahu reboudnya seperti apa, karena itu tergantung yang terjadi pada 2020. Seberapa dalam (pelemahan ekonomi pada tahun 2020)? Apakah kita bisa menahan pertumbuhan ekonomi tidak jatuh berada di bawah 2,3 % seperti yang diperkirakan pemerintah saat ini?”ujar Febrio.

Dia mengatakan, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk menahan pertumbuhan ekonomi agar tidak jatuh terlalu dalam. Pemerintah bahkan mengucurkan stimulus penanganan Covid-19 sebesar Rp 405,1 triliun. 

Febrio memperkirakan, dana tersebut tidak cukup untuk mengatasi dampak pandemi tersebut. "Apakah cukup? Kita tidak tahu. Bahkan kita duga tidak akan cukup," tutur dia.

Baca Juga: Yurianto Sebut Pandemi COVID-19 Bisa Diakhiri dengan Langkah Ini

Dalam kesempatan itu, Febrio juga menyoroti neraca perdagangan Indonesia yang surplus akibat impor yang turun cukup dalam. Menurut dia, hal itu justru menjadi pertanda buruk. Sebab sebanyak 91 persen impor Indonesia merupakan barang modal dan bahan baku industri dalam negeri. Impor yang turun menandakan aktivitas manufaktur melambat. Hal itu dampaknya akan terlihat pada pertumbuhan ekonomi.

"Di Indonesia, ekspor dan impor paling berkaitan. Barang impor biasanya digunakan untuk bahan baku barang barang ekspor. Jadi jika impor turun, kemungkinam ekspor turun," ujarnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat