kievskiy.org

Paparkan Realisasi Belanja Mei 2020, Sri Mulyani: BLT Bantalan Penting Masyarakat Hadapi Covid-19

SRI Mulyani, Menteri Keuangan Indonesia.*
SRI Mulyani, Menteri Keuangan Indonesia.* /Dok. Instagram @smindrawati /Dok. Instagram @smindrawati

PIKIRAN RAKYAT – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memaparkan total realisasi belanja negara hingga akhir Mei 2020 telah mencapai Rp 843,9 triliun atau 32,3 persen dari target perubahan APBN dalam Perpres 54/2020 yaitu Rp 2.613,8 triliun.

Dalam pemaparan dibahas juga realisasi belanja bansos Rp 78,9 triliun naik 30,7 persen karena pemerintah memberikan bantuan kepada masyarakat terdampak COVID-19, seperti pembayaran iuran PBI BPJS, serta penyaluran PKH dan Kartu Sembako melalui Kemensos.

“Dana desa diubah jadi BLT sehingga menjadi bantalan penting bagi masyarakat untuk hadapi COVID-19. Terutama hadapi Lebaran dan pemulangan TKI yang mungkin alami kenaikan di tingkat desa dari jumlah beban orang yang berpotensi dapatkan bansos,” kata Sri Mulyani, dalam konferensi pers APBN KiTa secara daring di Jakarta, Selasa, 16 Juni 2020.

Baca Juga: 1 Anggota Dewan Dinyatakan Reaktif Corona, DPRD Kabupaten Tasikmalaya akan Lakukan Protokol Ketat

Sri Mulyani menuturkan realisasi belanja negara menurun 1,4 persen dibandingkan periode sama pada 2019 yaitu mencapai Rp 855,9 triliun yang tumbuh 9,8 persen dari realisasi April 2018 dan 37,1 persen dari pagu APBN.

“Pada sisi ekonomi tertekan maka belanja pemerintah yang sudah refocusing dan realokasi bisa jadi sarana untuk sedikit mengurangi tekanan,” kata Sri Mulyani.

Seperti dilansir Antara, realisasi belanja negara tersebut terdiri dari realisasi belanja pemerintah pusat sebesar Rp 537,3 triliun atau tumbuh 1,2 persen dari periode sama 2019 yakni Rp 530,8 triliun dan 29 persen dari target perubahan APBN dalam Perpres 54/2020 Rp 1.851,1 triliun.

Baca Juga: Manchester City vs Arsenal: 7 Fakta Menarik Jelang Laga Lanjutan Liga Primer Inggris

Kemudian transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) Rp306,6 triliun yang terkontraksi hingga 5,7 persen dibanding periode sama tahun lalu Rp 325,1 triliun namun telah mencapai 40,2 persen dari target perubahan APBN dalam Perpres 54/2020 sebesar Rp 762,7 triliun.

Belanja pemerintah pusat sendiri ditunjang oleh belanja K/L Rp270,4 triliun yang terkontraksi 6,2 persen dibanding Mei 2019 yang secara rinci terdiri dari belanja pegawai Rp 95,4 triliun, belanja barang Rp 69,2 triliun, belanja modal Rp 26,9 triliun, dan bantuan sosial Rp 78,9 triliun.

“Belanja K/L turun karena refocusing, belanja pegawai terkontraksi 4,2 persen sedangkan bansos naik 30,7 persen. Ini upaya kita untuk berikan bantalan sosial akibat berbagai tekanan ekonomi dan terjadinya PHK atau orang dirumahkan,” kata Sri Mulyani.

Baca Juga: 7 Tahun Menikah, Asmirandah Bagikan Kabar Kehamilan Pertama

Realisasi belanja pegawai mengalami penurunan 4,2 persen dibanding Mei 2019 karena THR yang dibayarkan tidak sebesar tahun lalu yaitu hanya gaji pokok dan hanya diberikan kepada Eselon II ke bawah.

“Ini juga karena meski pegawai WFH dan mungkin banyak lembur tapi tidak dapat tunjangan lembur,” katanya.

Belanja barang terkontraksi hingga 30,3 persen dibanding periode sama tahun lalu antara lain karena masih diterapkannya PSBB dan WFH sehingga beberapa kegiatan K/L tidak terlaksana sesuai rencana seperti Polri, Kemenag, Kemenhan, dan Kemenkes.

Baca Juga: Terasa di Sukabumi Selatan, Gempa Magnitudo 4,3 Berpusat di Muarabinuangeun Banten

“Belanja barang paling besar pemotongannya adalah perjalanan 58,8 persen. Operasional pemerintahan alami penurunan belanja karena sebagian besar dialihkan untuk kesehatan dan bansos,” ujarnya.

Realisasi belanja modal Rp 26,9 triliun terkontraksi 7,3 persen karena belanja Kementerian PUPR dan Kemenhub mengalami perlambatan akibat penghematan dalam rangka penanganan COVID-19.

Kemudian realisasi belanja pemerintah pusat juga ditunjang oleh belanja non K/L Rp267 triliun yang terdiri dari pembayaran bunga utang Rp 145,7 triliun dan subsidi Rp 48,9 triliun.

Sementara untuk realisasi TKDD sebesar Rp306,6 triliun secara rinci terdiri dari DBH Rp 31,5 triliun, DAU Rp 190,9 triliun, DAK Fisik Rp 2,9 triliun, DAK Nonfisik Rp 49,1 triliun, DID Rp 3,2 triliun, Dana Otsus dan Dana Keistimewaan DIY Rp 0,2 triliun, serta dana desa Rp 28,9 triliun.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat