kievskiy.org

2023 Akan Terjadi Resesi Global, Apa Persiapan Finansial yang Harus Kita Lakukan?

Ilustrasi.
Ilustrasi. /Pixabay/geralt

PIKIRAN RAKYAT - Belum juga pandemi covid19 dinyatakan benar-benar selesai, kini perekonomian dunia harus menghadapi masalah baru lagi berupa kemungkinan resesi. Hal ini sudah ditekankan oleh Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani, dalam beberapa waktu lalu.

Resesi sendiri adalah penurunan kegiatan ekonomi dalam waktu 6 bulan berturut-turut (Investbro). Penurunan ekonomi dikatakan sebagai resesi apabila GDP menurun -0,3 hingga -5,1. Periode resesi umumnya berjalan hingga satu setengah tahun (18 bulan). Apabila resesi berjalan lebih lama dari durasi tersebut, maka umumnya sudah masuk ke dalam fase depresi.

Jika terjadi resesi global, lantas apa yang harus kita lakukan dan persiapkan? Berikut ini pembahasannya:

Resesi Global Diprediksi Akan Terjadi di 2023

Resesi global yang diprediksi akan terjadi di tahun 2023 besok diperkirakan disebabkan oleh perang antara Rusia dan Ukraina. Peperangan antara kedua negara ini mengakibatkan inflasi dan suku bunga naik.

Baca Juga: Penelitian: Kenapa Korban KDRT Tidak Pergi dari Pelaku? 4 Ahli Berikut Bongkar Alasannya

Hal ini mengingat bahwasanya Rusia adalah negara produsen minyak mentah terbesar ketiga di dunia, sehingga apabila negara-negara lain memboikot impor minyak dari negara tersebut, tentu harga komoditas minyak mentah (seperti BBM) di negara-negara tersebut akan naik (permintaan tetap, sementara suplai menipis). Kenaikan BBM akan merembet kepada kenaikan harga barang-barang lainnya, sebab BBM dibutuhkan untuk semua lini bisnis.

Bagaimana perang mendorong inflasi dan suku bunga

Kenaikan harga barang-barang secara serentak inilah yang disebut dengan inflasi. Kebijakan paling umum yang dilakukan oleh Bank Sentral untuk menghambat laju inflasi adalah dengan meningkatkan suku bunga (interest rate). Dampak kenaikan suku bunga bank ada dua, yaitu masyarakat yang lebih sering menabung dan atau masyarakat yang enggan meminjam uang di bank akibat tingginya suku bunga. Akibatnya, kegiatan produksi dan konsumsi terhambat sehingga kegiatan perekonomian menurun.

Kebijakan peningkatan suku bunga ini sudah dilakukan oleh bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve. The Fed, begitulah institusi ini dipanggil, telah meningkatkan suku bunga acuan negeri Paman Sam tersebut sebesar 0,75% untuk yang ketiga kalinya pada tahun ini demi menghambat laju inflasi Amerika Serikat. Kebijakan The Fed ini tidak hanya berakibat pada ekonomi negara adidaya tersebut, tetapi juga negara maju dan berkembang lainnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat