kievskiy.org

Hasil Penelitian: Gangguan Ingatan Bisa Jadi Efek Samping dari Covid-19

Ilustrasi Covid-19.
Ilustrasi Covid-19. /Pixabay/fernando zhiminaicela

PIKIRAN RAKYAT - Penelitian baru-baru ini membuktikan bahwa beberapa orang mengalami gangguan ingatan dan kesulitan dalam fokus setelah mengalami Covid-19.

Dilansir Pikiran Rakyat dari situs berita Channel News Asia, beberapa orang yang pernah terinfeksi virus Covid-19, dan sembuh mengalami ‘kabut otak’, sebuah kasus yang membuat seseorang kesulitan dalam mengingat dan melakukan fokus karena efek dari Covid-19.

“Brain Fog (kabut otak) adalah istilah awam yang menggambarkan pemikiran yang lambat atau lamban yang mempengaruhi memori, konsetrasi dan/atau kejernihan mental. Ini adalah gejala yang dilaporkan sebagian orang yang mengalami dan definisinya dapat bervariasi antara penjelasan individu dan dokter” ujar Profesor Asosiasi Kevin Tan, seorang konsultan senior di Departemen Neurologi National Neuroscience Institute.

Baca Juga: Viral di Sukabumi Pocong Jatuh dari Keranda, Teriakan Histeris Buat Suasana Mencekam

Fenomena ‘kabut otak’ ini bukan semata-mata disebabkan pasca-Covid-19, namun juga ada beberapa hal yang dapat mempengaruhinya seperti kehamilan, menopause, dan masa penyembuhan dari infeksi dan gegar otak ringan.

“Dan juga dimungkinkan efek tersebut berasal dari pengobatan khusus seperti kemoterapi,” tuturnya.

Profesor Tan pun memiliki pertanyaan mengenai fenomena ‘kabut otak’, yang jadi pertanyaan terbesar adalah, mengapa jenis virus Covid-19 yang merupakan mutasi  dari virus SARS-CoV-2, dan menyebabkan Covid-19 dapat memberikan efek kurangnya kemampuan otak.

Baca Juga: Dijual Rp100 Jutaan, Suzuki S-Presso Bisa Dicicil Rp2 Jutaan Per Bulan

Seperti daya ingat, fokus dan fungsi lainnya seperti perencanaan dan mengerjakan beberapa pekerjaan, hingga saat ini masih belum dapat dipahami

“Ada sebuah studi pendahuluan kecil yang menunjukkan bahwa terjadi penyusutan otak yang dialami oleh orang yang pernah mengalami infeksi Covid-19. Tetapi temuan ini perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut dan dikaitkan dengan bukti lain tentang bagaimana virus dapat mempengaruhi otak,” ujar Profesor Tan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat