kievskiy.org

Ironi Tempe, Sumber Protein Tinggi yang Dianggap Remeh tapi Diminati Eropa

Ilustrasi tempe, olahan legendaris yang disukai bangsa Belanda dan Eropa.
Ilustrasi tempe, olahan legendaris yang disukai bangsa Belanda dan Eropa. /Pixabay/Dyah Ahsina Fahriyati Pixabay/Dyah Ahsina Fahriyati

PIKIRAN RAKYAT - Mental tempe, bangsa tempe. Demikian ungkapan-ungkapan negatif terkait tempe yang kerap dipandang lambang kerapuhan, kecengengan, kegamangan.

Padahal, tempe merupakan sumber protein tinggi pengganti daging. Alih-alih tanda kelemahan, tempe adalah lambang kekuatan, kekukuhan dari sebuah makanan egaliter yang disantap rakyat jelata hingga kalangan istana.

Selain jenis makanan, tempe pada awalnya juga merupakan teknik mengolah kedelai dengan fermentasi pada masa Jawa kuno. Pada masa itu dikenal istilah tumpi, yaitu teknik fermentasi bungkil kacang.

Sejarawan kuliner Fadly Rahman mengungkapkan, tumpi dikenal dalam prasasti-prasasti Jawa kuno sejak abad ke-10 hingga 15 berdasarkan interpretasi ahli paleologi dan arkeologi.

Baca Juga: 2023 Akan Terjadi Resesi Global, Apa Persiapan Finansial yang Harus Kita Lakukan?

Tak pelak, tempe sejak lama sudah dikenal sebagai metode fermentasi di negeri hingga menjadi makanan.

"Biasanya yang mengonsumsi dari kalangan rakyat jelata," kata Fadly saat dihubungi, Jumat 14 Oktober 2022.

Masyarakat kecil tempo dulu mengonsumsi tempe karena kandungan protein nabatinya bisa mengganti protein hewani dari daging.

Daging kala itu pun terbilang mahal. Sementara masyarakat lebih memilih memanfaatkan hewan ternak guna bekerja di ladang, sawah ketimbang menyembelihnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat