kievskiy.org

Pemeriksaan Sendiri Tak Cukup untuk Deteksi Kanker Payudara, Jangan Anggap Sepele Benjolan

Ilustrasi kanker payudara.
Ilustrasi kanker payudara. /Pexels/Anna Tarazevich Pexels/Anna Tarazevich

PIKIRAN RAKYAT - Jangan sepelekan adanya benjolan di payudara. Jika ditemukan benjolan, maka yang bersangkutan harus segera memeriksakan diri pada fasilitas kesehatan terdekat seperti Puskesmas.

Spesialis Bedah Onkologi yang juga Pembina Yayasan Priangan Cancer Care (PRCC) dr Monty P Soemitro mengatakan, masyarakat khususnya perempuan jangan anggap sepele benjolan di seputar payudara karena dengan adanya benjolan kecil berdiameter 2 cm sudah termasuk stadium 1.

"Kami selalu sampaikan ke masyarakat waspada dan sadar, kalau ada benjolan kecil langsung konfirmasikan ke layanan terdekat," ujar dr Monty, Senin 24 Oktober 2022.

"PRCC sudah kerjasama dengan puskesmas dan dinkes untuk pelatihan untuk dokter dan bidan agar mereka dapat mendeteksi adanya kanker melalui USG di puskesmas," katanya.

Baca Juga: Dugaan Penyebab Gagal Ginjal Akut Diungkap, Menkes: Positif 70 Persen

Pihaknya terus melakukan sosialisasi hingga masyarakat awam mendapat pencerahan agar pasien dapat segera tertangani sehingga tidak terlambat.

"Takutnya terlambat ke rumah sakit, ketika dideteksi ternyata sudah ke stadium 3 ke atas," tutur dr Monty.

Dijelaskan dr Monty untuk stadium 1 itu kurang dari 2 cm ukuran tumornya. Kemudian untuk stadium 2 diameternya 2-5 cm, stadium tiga di atas 5 cm sedangkan stadium 4 sel kankernya sudah menyebar ke organ lain.

dr Monty menegaskan, upaya untuk mendeteksi sedini mungkin kelainan di payudara tidak dapat mengandalkan periksa payudara sendiri (SADARI).

Terbukti Sadari yang sudah dikenalkan sejak tahun 1998, ternyata kasus yang datang ke rumah sakit semua stadium lanjut (stadium 3).

"Maka untuk lebih akurat perlu Sadarnis atau periksa payudara secara klinis dengan bantuan alat penunjang seperti USG atau mamografi. Dengan USG, dapat menemukan kelainan dari ukuran tumor 2 mm, dan sangat objektif terukur,"tuturnya.

Menurut dr Monty, Sadarnis sudah mulai terlihat hasilnya, bahwa kunjungan di beberapa rumah sakit dengan kanker payudara sudah bergerak kearah yang lebih awal atau lebih dini ketika tumornya berukuran kecil.

Baca Juga: Polda Metro Jaya Jelaskan Soal Penahanan Irjen Teddy Minahasa Terkesan Sembunyi-sembunyi

"Pemahaman pentingnya USG berkala sudah mulai dipahami oleh ibu-ibu, walaupun belum semua kalangan. Itu sebabnya penguatan screening di puskesmas juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan penemuan seawal mungkin,"ucapnya.

dr. Monty pun menambahkan, terkait dengan modalitas terapi kanker payudara itu terbagi atas beberapa tingkatan, utamanya adalah operasi.

Tingkatan kedua operasi disertai dengan kemoterapi. Yang ketiga operasi, kemoterapi dan radioterapi.

"Dan keempat operasi, kemoterapi, radioterapi dan terapi lainnya," ujarnya.

Pemilihan tingkat terapi tersebut ditentukan oleh stadium. Jika masih awal bisa operasi saja, tapi kalau sudah makin meningkat stadiumnya harus disertai radioterapi, kemoterapi dan tambahan terapi lainnya.

Terkait dengan kewaspadaan kesehatan payudara, lanjut dr Monty juga mengurangi resiko terjadi kanker payudara.

"Yang pertama pengaturan makan, olahraga 150 menit perminggu, ketiga periksa diri awal karena pada dasarnya payudara tidak boleh ada benjolan. Jadi payudara harusnya tidak ditoleransi sama sekali ada benjolan apapun. Jadi tidak ada istilah ngabagel tapi harus dianggap kelainan," ucapnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat