PIKIRAN RAKYAT - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden ternyata memiliki gangguan sleep apnea, permasalahan tidur yang menyebabkan berhentinya napas selama beberapa kali saat penderitanya terlelap.
Menurut data yang dilansir dari New York Times, setidaknya 25 juta warga AS dan 936 juta warga berusia 30 hingga 69 tahun di seluruh dunia menderita sleep apnea. Kemungkinan banyak orang tidak terdiagnosis.
Biden diketahui mengalami masalah tidur ini, dan menggunakan mesin Continuous Positive Airway Pressure (CPAP), di malam hari untuk membantu sleep apnea.
Secara umum, sleep apnea lebih banyak menyerang laki-laki dibanding perempuan. Namun, tingkat tidur apnea pada perempuan meningkat setelah menopause. Gangguan ini sering dikaitkan dengan penyakit jantung dan masalah metabolisme seperti diabetes.
"Sleep apnea terjadi ketika otot saluran napas dan menjepit saluran napas pada saat tertidur, yang mencegah untuk mendapatkan cukup udara, yang akan berhenti selama 10 detik atau lebih," ujar Jonathan Jun, spesialis pengobatan paru dan tidur di Johns Hopkins Sleep Disorders Center, dilansir Hopkins Medicine.
Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan antara sleep apnea beberapa kali terjadi pada penderita obesitas dan meningkatkan risiko diabetes tipe 2, stroke, serangan jantung, dan bahkan memperpendek usia.
Baca Juga: Kasus Rocky Gerung Diduga Hina Marga Laoly Dibuka Lagi
"Kami menemukan sleep apnea dikaitkan dengan risiko diabetes yang lebih tinggi dan permasalahan tidur ini dapat meningkatkan kadar gula darah," kata Jun menjelaskan.
Meringankan Sleep Apnea
Mereka yang terdiagnosis Sleep Apnea sangat dianjurkan untuk melakukan perawatan, dengan Apnea-Hipopnea (AHI), yang mengukur jumlah pernapasan yang dialami per jam saat tertidur.