kievskiy.org

Tren Fine Dining Kian Meningkat, Bagaimana di Bandung?

Janur Joongla: 2 dengan tema Pesona Barat dan Timur Nusantara. ***
Janur Joongla: 2 dengan tema Pesona Barat dan Timur Nusantara. *** /Dok Joongla

PIKIRAN RAKYAT - Dari barat di Sumatera hingga Timur di Papua, kekayaan gastronomi Indonesia bagaikan meja saji raksasa. Ragam inspirasi rasa yang terkandung di dalamnya adalah untaian cerita yang terjalin dari masa ke masa.

Dalam balutan eksekusi kontemporer berwujud sajian pop-up dining experience, Janur Joongla: 2 bertema Pesona Barat dan Timur Nusantara tersaji di hadapan.

Total, ada 12 set courses yang dihidangkan. Set Amboi Raos, namanya. Terlihat dari namanya, tampak jelas bahwa seluruhnya terinspirasi dari semangat fusi antara pesona kuliner barat dan timur Indonesia.

Sajian gastronomi kontemporer tersebut diinisiasi oleh Joongla, yang concern pada pertumbuhan gastronomi tanah air, bersama Chef Aditya Muskita. Ada pula sederet nama seperti Chef Icha Meidyta, Chef Han Hadrian Bugaresta, Jessica Eveline, dan Kevindra Soemantri bersama Chef Dimaspp di baliknya.

Ini tentu adalah kabar gembira. Jika sebelumnya tren kuliner fusi banyak berbicara tentang gabungan cita rasa Indonesia dan berbagai negara, kini arahnya semakin jelas berbeda. Kuliner khas tanah air dari satu daerah dengan daerah lainnya, tampak kian ciamik berpadu dalam rasa. Merayakan keragaman gastronomi khas Indonesia.

Pengamat kuliner yang juga menekuni bisnis restoran, Kevindra Soemantri, membenarkan fenomena tersebut. Jika dulu tren kuliner fusi diwarnai dengan percampuran kuliner Asia dengan Eropa, Amerika-Asia, Eropa-Amerika, dan seterusnya, kini tak lagi demikian.

“Dulu itu kan misalnya orang tertarik dengan fusi antara makanan Jepang dan Minang, kalau sekarang makanan Indonesia dengan makanan Indonesia lagi. Itu lebih menarik, karena bisa melahirkan jenis cuisine baru,” ucap Kevindra, ketika ditemui beberapa waktu lalu.

Kevindra melanjutkan, makanan adalah sesuatu yang sangat dinamis. Gastronomi selalu mengikuti perkembangan manusia dan gaya hidup yang menyertainya.

“Maka dari itu, tren fusi ini kian diterima oleh masyarakat. Edukasi mengenai hal ini pun dapat dengan mudah penetrasinya di masyarakat, berbeda dengan sepuluh tahun lalu, misalnya,” ujarnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat