kievskiy.org

Cuaca Panas dan Polusi Udara Ganggu Daya Tahan Tubuh, Waspadai Risiko ISPA

Ilustrasi paru-paru.
Ilustrasi paru-paru. /Pixabay/kalhh

PIKIRAN RAKYAT - Situasi panas dan polusi udara yang tinggi di berbagai wilayah di Indonesia meningkatkan risiko gangguan daya tahan tubuh. Berkurangnya daya tahan tubuh juga berisiko memunculkan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Data Kementerian Kesehatan mencatat, ada peningkatan kasus ISPA di wilayah Jabodetabek pada periode 29 Agustus hingga 6 September 2023, mencapai 90.546 kasus.

ISPA adalah infeksi pada saluran napas atas akut. Saluran napas bagian atas itu meliputi hidung, faring, laring, dan bronkus. Infeksi ini biasanya disebabkan oleh virus, tetapi dapat juga disebabkan oleh bakteri.

Selain batuk, gejala ISPA lainnya yang umum ditemui adalah pilek, sakit tenggorokan, hidung tersumbat, sakit kepala, demam, bersin-bersin, dan kelelahan. Gejala ini sering muncul 3 hari setelah paparan virus atau bakteri dan dapat bertahan selama 7-10 hari. Bahkan, pada beberapa kasus bisa bertahan sampai dengan tiga minggu.

Baca Juga: 5 Tips Atasi Nyeri Punggung dan Pinggang Akibat Terlalu Lama Duduk saat Bekerja

Dokter yang juga konten kreator Dr. Farhan Zubedi mengatakan, saat daya tahan tubuh lemah, maka pembersihan partikel asing dari saluran pernapasan tidak efektif, sehingga bakteri dan virus lebih lama tinggal atau terjebak dalam saluran pernapasan.

"Saat batuk terjadi, daya tahan tubuh kita akan bekerja secara aktif untuk melawan bakteri atau virus," katanya dalam acara peluncuran Imboost Cough di Jakarta.

Bakteri atau virus inilah yang bisa memicu terjadinya peradangan pada saluran napas. Oleh karena itu, sangat penting untuk memperbaiki daya tahan tubuh dalam pengobatan batuk.

"Sebelum batuk semakin mengganggu aktivitas harian kita dan mencegah munculnya penyakit yang lebih berat, perlu dilakukan swa medikasi. Pilihlah obat batuk yang tidak hanya meredakan batuk saja tapi juga meningkatkan daya tahan tubuh," tuturnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat