kievskiy.org

Penuaan Dini Intai Bonus Demografi, Ini Faktor-faktor Penyebabnya

Ilustrasi. Penuaan dini intai bonus demografi.
Ilustrasi. Penuaan dini intai bonus demografi. /Pixabay/counselling

PIKIRAN RAKYAT - Dalam 5-15 tahun mendatang, jumlah populasi di Indonesia yang berusia produktif (16-64 tahun) akan meningkat. Pada 2022, populasi usia produktif mencapai hampir 70 persen sehingga diprediksi pada 2025, 2030, 2040, dan 2045 populasi usia produktif melebihi jumlah pada tahun sebelumnya. Namun besarnya demografi usia produktif kemungkinan tidak diikuti dengan kapasitas hidup yang baik.

Oleh karena itu, sangat penting dilakukan upaya untuk mencegah maupun mengobati penyakit degeneratif, senesens, dan penuaan dini. Hal tersebut disampaikan Prof. Dr. dr. Ani Retno Prijanti, M.S dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar yang berjudul “Peran Olah Raga, Bahan Alam, Kendali Metabolisme dan Hipoksia untuk Mencapai Healthy Aging Bagi Bonus Demografi Indonesia”. Prof. Ani dikukuhkan sebagai guru besar dalam Bidang Biokimia dan Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) di Aula IMERI, Kampus UI Salemba, Sabtu, 23 Desember 2023. Permasalahan kesehatan yang sering terjadi pada usia produktif, menyebabkan proses penuaan lebih cepat terjadi.

Sementara itu, yang diperlukan oleh usia produktif adalah healthy aging atau proses menua dengan sehat. "Kita mengetahui bahwa golongan usia produktif adalah kelompok yang paling aktif dalam kehidupannya. Namun, saat ini dengan berbagai kemudahan dalam komunikasi dan transportasi menyebabkan aktivitas fisik menurun dan menuju gaya hidup sedenter. Sementara itu, apabila kita perhatikan penduduk urban sangatlah sibuk dengan pekerjaannya yang dapat menyebabkan stres,” ujar Prof. Ani dalam keterangan Humas UI, Minggu, 24 Desember 2023.

Baca Juga: Stunting dan Kesehatan Mental Jangan Disepelekan, Bonus Demografi Bisa Berubah Jadi Bencana

Prof. Dr. dr. Ani Retno Prijanti, M.S menyampaikan pidato pengukuhannya sebagai guru besar yang berjudul, Peran Olah Raga, Bahan Alam, Kendali Metabolisme dan Hipoksia untuk Mencapai Healthy Aging Bagi Bonus Demografi Indonesia.
Prof. Dr. dr. Ani Retno Prijanti, M.S menyampaikan pidato pengukuhannya sebagai guru besar yang berjudul, Peran Olah Raga, Bahan Alam, Kendali Metabolisme dan Hipoksia untuk Mencapai Healthy Aging Bagi Bonus Demografi Indonesia.

Ia menjelaskan, kehidupan dengan pola sedenter, pola makan cepat saji, penggunaan gula sederhana (seperti gula pasir, gula fruktosa), stres dalam pekerjaan, merokok, lingkungan tercemar polusi, dan high fat diet, menjadi predisposisi terjadinya penyakit degeneratif termasuk senescence (senesens) dan penuaan dini.

Menurutnya, upaya untuk menjaga sumber daya manusia Indonesia agar tetap dalam kondisi healthy aging adalah dengan olahraga, penggunaan bahan alam, kendali terhadap metabolisme dan kendali hipoksia. “Olahraga tingkat sedang seperti jalan cepat pada manusia dapat meningkatkan aktivitas telomerase, yang berfungsi memperpanjang telomer pelindung DNA kita. Dengan memanjangnya telomer, maka dapat diharapkan usia sel dapat diperpanjang,” kata Prof. Ani. Pada olahraga tingkat sedang, kerusakan sel yang diwakili oleh kadar Malondialdehida (MDA) tidak meningkat. Terlebih, olahraga tingkat sedang dapat menurunkan hipertensi.

Adapun, penggunaan bahan alam juga turut berperan dalam perlindungan terhadap stres oksidatif, degenerasi, dan senesens. Prof. Ani mengatakan, keragaman hayati di Indonesia merupakan karunia besar buat negeri kita. Sampai saat ini, yang paling banyak diteliti adalah kunyit dan jahe. Sementara itu, masih banyak sekali flora Indonesia yang masih bisa dieksplorasi. Keunggulan flora adalah banyak mengandung senyawa polifenol dan sejenisnya yang dapat bermanfaat bagi pencegahan stres oksidatif selain kandungan vitamin dan mineral lainnya.

Baca Juga: Bonus Demografi Indonesia Bukan Sebatas Jumlah Penduduk

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat