kievskiy.org

Overthinking Harus Direduksi, Berpotensi Picu Penyakit Mental

Ilustrasi overthinking.
Ilustrasi overthinking. /Pexels/Antoni Shkraba

PIKIRAN RAKYAT - Saat ini pemahaman tentang kesehatan jiwa semakin digaungkan. Salah satunya, membahas overthinking yang kerap digunakan dalam bahasa pergaulan anak muda terutama di sosial media. Apakah overthinking itu normal? Dan dalam tingkatan seperti apa mulai tidak wajar?

Psikiater dari RS Santosa Central dr Rachmat Purwata, Sp.KJ mengatakan, overthinking adalah suatu kondisi ketika seseorang berpikir secara berlebihan akan suatu hal. Biasanya menyangkut hal yang negatif, atau pikiran berlebihan karena rasa takut yang berlebihan terhadap situasi yang dianggap buruk.

Menurutnya, bila orang tersebut senantiasa mengalami keadaan overthinking dalam bereaksi terhadap suatu keadaan ini bisa mengganggu kejiwaannya. "Akan tetapi, bila cuma sekali-kali dan terus bisa menyadari bahwa itu cuma overthinking dan bisa meralat pikiran pikirannya, itu belum menjadi gangguan jiwa," ujarnya.

Rachmat melanjutkan, orang bisa mengalami overthinking terutama pada mereka yang mengalami kecemasan berlebih. Dasarnya adalah perasaan cemas yang berlebihan.

Baca Juga: 7 Cara Setop Overthinking, Jalani Hidup Tanpa Benang Kusut di Kepala

Siapa saja bisa mengalami overthinking. Mulai dari rentang usia anak-anak sampai dengan dewasa, bahkan sampai tua bisa mengalami overthinking.

Meski terbilang wajar untuk, tetapi ada batasan tertentu kecenderungan seseorang untuk overthinking. Umumnya orang bisa punya rasa cemas untuk melindungi diri terhadap bahaya.

Misalnya saat mau ujian karena cemas takut tidak lulus akhirnya belajar mati-matian dan bisa lulus. Rasa cemas ini dibutuhkan pada kadar tertentu untuk antisipasi terhadap suatu keadaan.

Akan tetapi, apabila itu terjadi secara berlebihan bisa mengganggu. Batasannya ialah apa yang dicemaskan atau dipikirkan biasanya sudah tidak rasional, tak sesuai kenyataan dan susah diubahkan pendiriannya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat