kievskiy.org

Studi: Ucapan Donald Trump Soal 'Virus China' Meningkatkan Konten Rasisme Anti-Asia

Mantan Presiden AS Donald Trump.
Mantan Presiden AS Donald Trump. /Reuters via Financial Express


PIKIRAN RAKYAT - Sebuah studi baru menunjukkan bahwa retorika ucapan dari mantan Presiden AS Donald Trump yang menyebut Covid-19 dengan sebutan 'Virus China' membantu meningkatkan konten rasisme anti-Asia di Twitter.

Komunitas Asia-Amerika telah mengalami peningkatan kekerasan dan kebencian yang mencolok sejak permulaan Covid-19.

Para kritikus mengatakan penggunaan berulang 'Virus China' oleh Donald Trump dan istilah lain membantu memicu lingkungan kebencian.

Baca Juga: Ramalan Zodiak 21 Maret 2021: Capricorn, Aquarius, dan Pisces, Kerja Kerasmu Akan Terbayar

Baca Juga: Mulai Besok Harga Pertalite Jadi Rp6.450 per Liter di Makassar, BBM di Kota Lainnya Juga?

"Sentimen anti-Asia yang digambarkan dalam twit yang berisi istilah 'Virus China' kemungkinan besar mengabadikan sikap rasis dan paralel dengan kejahatan kebencian anti-Asia yang telah terjadi sejak itu," kata Dr. Yulin Hswen, asisten profesor epidemiologi di UC, San Francisco dan penulis utama studi itu, seperti dikutip dari ABC News, Sabtu, 20 Maret 2021.

Penelitian itu diterbitkan dalam American Journal of Public Health.

Studi tersebut muncul setelah serangkaian serangan terhadap komunitas Asia di AS, termasuk serangkaian penembakan di Atlanta yang menewaskan enam wanita keturunan Asia.

Studi tersebut menunjukkan perbedaan dalam sentimen anti-Asia ketika menggunakan tagar netral seperti #COVID-19 versus hashtag rasis seperti #Chinesevirus - 20 persen dari hashtag yang terkait dengan #COVID-19 menunjukkan sentimen anti-Asia, dibandingkan dengan 50 persen dari tagar dengan #Chinesevirus.

Dr. John Brownstein yang juga penulis studi tersebut, mengatakan bahwa percakapan online semacam itu dapat memicu reaksi kekerasan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat