kievskiy.org

Sejumlah Aplikasi Kencan Dituding Kerap Curi Data Para Pengguna

foto tinder noonlight.*
foto tinder noonlight.* /Skynews Skynews

PIKIRAN RAKYAT - Sejumlah aplikasi kencan baru-baru ini dituduh telah menjual data penggunanya kepada pihak ketiga maupun pada situs-situs gelap. Dilansir South China Morning Post, Grindr, OkCupid, dan Tinder merupakan tiga aplikasi kencan yang paling menjadi pusat perhatian dalam kasus penjualan data pribadi. Namun, ketiganya membantah telah melakukan hal tersebut.

Ketika pertama kali mendaftar pada aplikasi kencan, pengguna akan secara tidak sadar memberikan informasi pribadinya seperti nama, lokasi, dan preferensi seksual. Selanjutnya, dengan alasan untuk mendapatkan kenalan yang secocok-cocoknya, maka pengguna diminta memberikan data lebih banyak lagi.

Selain itu, penyebab lainnya, penghasilan aplikasi kencan ini berasal dari banyaknya jumlah keanggotaan berbayar. Karena tidak banyak pengguna yang mau melakukan hal ini, cara lain pun dilegalkan.

Baca Juga: Sempat Tersendat Selama Kemarau, Pasokan Air Bersih Kembali Normal

Mereka mulai menawarkan pengisian survei berhadiah akses berbayar gratis kepada pengguna, yang mana sangat menggiurkan. Alhasil, pengguna yang mengisi survei mendapatkan akses akun berbayar secara cuma-cuma untuk beberapa saat, sementara pihak penyedia aplikasi mendapatkan uang dari pihak ketiga untuk data yang mereka dapatkan. Data yang bocor ini nantinya akan menjadi masalah besar ketika jatuh ke tangan orang yang salah.

Tidak hanya masalah data pribadi, aplikasi kencan pun dapat mengakses pesan, foto, ataupun video yang pengguna bagikan. Perusahaan aplikasi kencan tersebut akan dengan senang hati membagikan pesan pribadi penggunanya kepada pihak ketiga apabila diperlukan, menurut Jo O’Reilly, ahli pengelola data pribadi ProPrivacy.   

Pada tahun 2019, Heyyo dilaporkan telah membocorkan sekitar 72.000 data penggunanya. Di tahun yang sama, Coffee Meets Bagel mengirimkan surat elektronik kepada para penggunanya yang mengatakan bahwa ada pihak tidak bertanggung jawab yang telah meretas akun mereka.

Baca Juga: Inter Milan Menangkan Gugatan atas Klub Milik David Beckham, Bermula dari Nama yang Dianggap Mirip

Namun, skandal Ashley Madison di tahun 2015 tetap menjadi topik kebocoran data yang paling tidak bisa dilupakan. Di tahun tersebut, sejumlah pengguna situs Ashley Madison memperoleh surat elektronik berisi ancaman yang akan menyebarkan bukti perselingkuhan penggunanya apabila tidak membayar sejumlah uang yang diminta. Besarnya uang tebusan yang diminta hingga sebesar $1.000 bitcoin, seperti dilansir CNBC (31 Januari 2020).

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat