kievskiy.org

Kecanduan Media Sosial Lebih Berbahaya Ketimbang Rokok dan Alkohol

Ilustrasi bermain media sosial
Ilustrasi bermain media sosial /Freepik Freepik

 

PIKIRAN RAKYAT - Pejabat kesehatan tertinggi di Amerika Serikat mengatakan bahwa Facebook dan TikTok memanfaatkan otak anak-anak muda yang sedang berkembang.

Vivek Murthy, Surgeon General (kepala operasional dari Korps Komisi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Amerika Serikat) percaya bahwa laman media sosial seperti Facebook, TikTok, Instagram, dan X diharuskan untuk menampilkan label peringatan kesehatan secara hukum yang mirip dengan rokok dan produk alkohol. Murthy juga menulis sebuah pendapat yang diterbitkan di The New York Times pada tanggal 17 Juni tentang label peringatan di media sosial. Ia menawarkan beberapa kritik terkuatnya dalam perdebatan yang sedang berlangsung seputar dampak psikologi negatif dan ketergantungan media sosial khususnya pada anak-anak muda.

Murthy berpendapat bahwa krisis kesehatan mental pada anak-anak muda merupakan keadaan darurat, dan media sosial telah muncul sebagai kontributor penting. Oleh karena itu, ini saatnya untuk meminta label peringatan dari Surgeon General untuk laman media sosial. Label yang menyatakan bahwa media sosial berisiko tinggi merusak kesehatan mental bagi remaja.

Dilansir Popular Science, peringatan Surgeon General sudah ada sejak tahun 1965 ketika Kongres mengesahkan undang-undang yang mewajibkan produsen rokok untuk mencantumkan label jelas yang menyatakan, “Perhatian: Merokok dapat Membahayakan Kesehatan Anda.” Peraturan ini dikeluarkan sekitar setahun setelah laporan General Surgeon Luther L. Terry tentang kaitan tembakau dengan penyakit jantung dan kanker. Pernyataan serupa kini juga menyertai banyak produk seperti alkohol, rokok elektrik, dan vape – namun layaknya label peringatan yang sudah ada, setiap peringatan baru akan membutuhkan tindakan kongres atau tindakan hukum untuk menerapkannya.

Perusahaan media sosial menghadapi pengawasan yang semakin ketat dari ahli kesehatan, grup advokasi, dan legislator dua partai. Hal ini terjadi atas peran mereka dalam menawarkan lingkungan yang berpotensi menimbulkan kecanduan dan berbahaya untuk para penggunanya. Pada bulan April lalu, Asosiasi Psikologi Amerika (APA) melaporkan bahwa para remaja menghabiskan waktu bermain media sosial seperti YouTube, Instagram, dan TikTok selama hampir lima jam sehari. Sementara itu, sebuah penelitian APA pada tahun 2019 dengan kuat menunjukan adanya korelasi langsung antara keinginan untuk bunuh diri pada remaja dan penggunaan media sosial mereka.

Ilustrasi mental health anak muda
Ilustrasi mental health anak muda Freepik
Dikutip Popular Science, Surgeon General Murthy menyampaikan sebuah pernyataan nasihat pada Mei 2023. Ia menekankan bahwa banyak indikator yang bisa membuat media sosial menimbulkan risiko berbahaya bagi kesehatan mental serta kesejahteraan para pengguna muda. Beberapa bulan sebelumnya, sekolah umum di Seattle mengajukan gugatan hukum pertama. Gugatan tersebut menuduh perusahan media sosial yang mengambil keuntungan dari krisis kesehatan mental remaja yang sedang berlangsung. Hal itu juga pada akhirnya memengaruhi kemampuan sekolah negeri di Seattle untuk memenuhi misi pendidikannya.

Situs media sosial sudah diwajibkan secara resmi untuk melarang pengguna dibawah umur 13 tahun dari platform mereka. Sementara itu, TikTok dan Instagram telah menerapkan beragam notifikasi ‘batas waktu’ serta pengingat pada pengguna dibawah umur 18 tahun. Namun, tidak satupun peringatan tersebut dilakukan. Para remaja bisa mengabaikan jika mereka ingin menggunakan kembali media sosial tersebut. Selain itu, Murthy juga mengakui bahwa masih banyak yang perlu dilakukan untuk mengatasi permasalah media sosial ini.

Murthy mengatakan bahwa label peringatan tidak akan dengan sendirinya membuat sebuah media sosial menjadi aman bagi para remaja atau anak-anak muda. Ia juga menambahkan bahwa harus lebih banyak undang-undang yang melindungi para anak-anak muda. Khususnya melindungi mereka dari pelecehan, eksploitasi online, serta dari bahaya kekerasan yang ekstrem dan konten seksual. 

Hal itu juga harus berbarengan dengan proteksi keamanan dan pembatasan fitur seperti pemutaran otomatis ataupun tayangan tak terbatas (terus-menerus). Jika tidak, media sosial dapat mengganggu otak yang sedang berkembang pada anak muda dan berkontribusi pada penggunaan yang berlebihan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat