PIKIRAN RAKYAT - Penyakit yang menular melalui air kini menjadi perhatian baru di daerah Pakistan yang dilanda banjir. Pihak berwenang melaporkan setidaknya terdapat sembilan kematian.
Di Provinsi Sindh, Pakistan dilaporkan ada lebih dari 300 orang meninggal yang disebabkan oleh diare, malaria dan juga gastroenteritis. Daerah ini diketahui sudah dilanda banjir sejak Juli 2022 lalu.
Pejabat lokal mengatakan lebih dari 500.000 orang masih terlantar akibat banjir dan tinggal di kamp pengungsian. Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana Pakistan melaporkan bahwa jumlah tewas akibat banjir tersebut meningkat menjadi 1.559 jiwa.
Baca Juga: Foto RM BTS yang Diduga Kencan dengan Kim Jae Kyung Beredar, Banyak Miliki Kesamaan?
Pada pertengahan Juni, terjadi rekor hujan dan pencairan gletser tertinggi di Pakistan. Pada satu titik, banjir menenggelamkan satu pertiga wilayah Pakistan. Alhasil, lebih dari satu juta rumah, infrastruktur seperti jalan raya, rel kereta api, dan juga jembatan lumpuh.
Pemerintah Pakistan juga memperkirakan kerugian finansial akibat bencana banjir ini sekitar Rp450 triliun, dan telah meminta bantuan masyarakat global.
Pejabat lokal Provinsi Sindh, Pakistan juga mengatakan terdapat lebih dari 137 ribu kasus diare, lebih dari 10 ribu kasus disenteri dan setidaknya empat ribu kasus malaria yang terkonfirmasi.
“Tantangan terbesar yang dihadapi yaitu karena adanya malaria dan gastroenteritis. Kita tidak punya cukup peralatan medis dan jarring kelambu untuk mencegah malaria. Organisasi yang memberikan bantuan dan juga pemerintah memberi kita suplai peralatan medis, namun tidak cukup karena jumlah kasusnya yang banyak,” kata Amjad Mastoi, seorang tenaga kesehatan di Provinsi Sindh, Pakista, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Al Jazeera.
Baca Juga: 16 Juta Anak di Pakistan Terdampak Akibat Banjir Besar, Penyebaran Penyakit Makin Luas