kievskiy.org

Merasa Kurang Dihargai, TikToker Palsukan Kematiannya untuk Cari Tahu Kerabat yang Peduli

Ilustrasi peti mati.
Ilustrasi peti mati. /Pixabay/CarolynBooth

PIKIRAN RAKYAT - Kejadian mengejutkan terjadi ketika David Baerten, 45 tahun, bersama istri dan anak-anaknya memutuskan untuk mengerjai teman dan anggota keluarga dengan memalsukan kematian Baerten. Rencana mereka dimulai dengan salah satu anak Baerten yang mengunggah kalimat penghormatan kepada ayahnya di media sosial.

Dalam unggahan tersebut, anak tersebut menulis kata-kata yang penuh emosi,

"Beristirahatlah dengan tenang, Ayah. Saya tidak akan pernah berhenti memikirkanmu. Mengapa hidup ini begitu tidak adil? Kenapa harus kamu? Ayah seharusnya sudah menjadi seorang kakek, dan ayah masih memiliki seluruh hidup ayah di depan mata. Aku mencintaimu! Kami mencintaimu! Kami tidak akan pernah melupakanmu," tulisnya.

Baca Juga: Rendy Kjaernett Disebut Bolak-balik ke Rumah Syahnaz Saat Jeje di London, Lady Nayoan: Kok Bisa?

Pemakaman Baerten dijadwalkan berlangsung akhir pekan lalu di dekat Kota Liege. Keluarga dan teman-teman yang mengenakan pakaian hitam berkumpul menunggu upacara dimulai, tetapi kejutan tak terduga menanti mereka. Sebuah helikopter mendarat di dekat pemakaman, mengejutkan semua orang yang hadir.

Seorang peserta pemakaman merekam momen mengejutkan tersebut dan membagikannya di platform TikTok. Dalam rekaman tersebut, terlihat Baerten turun dari helikopter dengan kru kamera, disambut oleh para pelayat yang kaget. Beberapa anggota keluarga dan teman Baerten berlari mendekatinya dalam suasana haru, sementara yang lain masih terperangah di tempat parkir tak percaya.

Menurut The Times, si pembuat video TikTok mengungkapkan bahwa dia memalsukan kematian Baerten untuk melihat reaksi keluarganya dan merasa kurang dihargai oleh mereka.

Baca Juga: Diduga Bigfoot, Jejak Kaki Berukuran Besar di Arkansas Amerika Serikat Bikin Heboh

"Apa yang saya lihat di keluarga saya sering kali menyakiti saya, saya tidak pernah diundang ke acara apa pun. Tidak ada yang melihat saya. Kami semua tumbuh terpisah. Saya merasa tidak dihargai. Itulah mengapa saya ingin memberi mereka pelajaran hidup, dan menunjukkan kepada mereka bahwa Anda tidak perlu menunggu sampai seseorang meninggal untuk bertemu dengan mereka," katanya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat