kievskiy.org

Bayar Rp3,7 Miliar Demi Ikut Ekspedisi OceanGate, Peserta Tahu Kapal Selam Titanic Belum Disertifikasi

Kapal selam Titanic milik Ekspedisi OceanGate.
Kapal selam Titanic milik Ekspedisi OceanGate. /Reuters/Handout OceanGate Reuters/Handout OceanGate

PIKIRAN RAKYAT – Kapal selam Titanic yang digunakan untuk Ekspedisi OceanGate dinyatakan hancur setelah lima hari pencarian oleh Penjaga Pantai AS. Sedangkan pihak perusahaan sejak awal menyatakan bahwa lima orang yang ada di dalam kapal selam tersebut tak selamat.

Pada Kamis, 22 Juni 2023, Penjaga Pantai AS menyatakan telah menemukan puing-puing kapal selam Titanic. Puing tersebut ditemukan di dasar laut, sekitar 488 meter dari haluan Titanic di sudut terpencil Atlantik Utara.

Melansir Reuters, kapal selam Titanic mulai dioperasikan untuk Ekspedisi OceanGate pada Minggu, 18 Juni 2023. Dari ledakan yang terjadi, lima fragmen utama kapal selam Titan yang ditemukan diperkirakan ukurannya mencapai 6,7 meter.

Hingga saat ini belum ditemukan sisa-sisa manusia yang terlihat di sekitar tempat penemuan puing kapal selam Titanic itu. Dari puing yang ditemukan, pengamat menganalisis bahwa penyebab utama dari rusaknya kapal selam tersebut adalah karena ledakan.

Baca Juga: Syarat Naik Kereta Cepat Jakarta Bandung Gratis, Ridwan Kamil: War Tiket Aja

Bayar mahal tapi keamanan belum terjamin

Adapun kelima peserta yang ikut dalam Ekspedisi OceanGate antara lain sang CEO, Stockton Rush yang mengemudikan Titan. Selain itu ada Hamis Harding (58), Shahzada Dawood (48), Suleman Dawood (19), dan Henry Nargeolet (77).

Para peserta yang ikut ekspedisi ini harus membayar sekira 250 USD atau setara dengan Rp3,7 miliar (kurs Rp14.989). Kelima orang yang ada di dalam kapal selam tersebut memiliki harapan yang sama, yakni melihat bangkai kapal Titanic yang karam sejak 1912.

Meski mereka harus turun hampir 13.000 kaki di bawah permukaan laut, namun kelima peserta ini menyadari risiko bahayanya. Bahkan mereka juga menandatangani surat perjanjian yang menyatakan mereka tahu kapal tersebut belum disertifikasi.

“Kapal percobaan ini belum disetujui atau disertifikasi oleh badan pengatur mana pun, dan dapat mengakibatkan cedera fisik, trauma emosional, atau kematian,” ujar keterangan dari perusahaan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat