PIKIRAN RAKYAT – Gabon, negara di pesisir barat Afrika Barat, saat ini tengah memanas usai meletusnya kudeta militer, dan mendesak presiden terpilih Ali Bongo untuk mundur dari jabatannya. Ali Bongo harusnya menikmati kemenangannya sebagai presiden, untuk masa jabatan yang ketiga kalinya.
Kudeta militer di Gabon dilakukan oleh elite militer atas nama Komite Transisi dan Pemulihan Institusi (Committee for the Transition and Restoration of Institutions/CTRI) pada Rabu, 30 Agustus 2023. Mereka melakukan kudeta untuk mengakhiri rezim yang dipimpin Ali Bongo.
CTRI menilai kudeta militer adalah cara yang tepat untuk memprotes adanya krisis politik, ekonomi dan sosial di Gabon. Pemilu pada 26 Agustus 2023 dinilai tidak memenuhi syarat pemilu yang transparan, kredibel dan inklusif.
Seiring memanasnya kudeta militer di Gabon ini, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI menyatakan 708 warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Gabon dalam keadaan aman dan tenang. Mayoritas WNI yang berada di negara tersebut merupakan pekerja migran.
Baca Juga: Jokowi Buka Suara Soal Paspampres Siksa Imam Masykur hingga Tewas
“Terdapat 708 WNI yang tinggal di Gabon. Mayoritas adalah pekerja migran yang bekerja di industri perkayuan yang tinggal jauh dari Libreville. Mereka dalam keadaan yang aman dan tenang,” ujar Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu Judha Nugraha, pada Kamis, 31 Agustus 2023.
Saat ini KBRI Abuja dan Konsul Kehormatan RI di Gabon terus memantau kondisi Gabon pascakudeta militer. Situasi di Libreville disebut aman dan tertib.
KBRI mengimbau WNI di Gabon untuk tetap waspada, dan mengikuti perkembangan situasi. Jika WNI di Gabon mengalami masalah, diminta segera menghubungi hotline KBRI Abuja.
Kudeta militer
Setelah terjadi kudeta militer, elite militer yang menduduki Gabon langsung menutup seluruh perbatasan. Penutupan tersebut akan berlangsung hingga ada pemberitahuan selanjutnya.