kievskiy.org

Relawan RS Al Shifa Ceritakan Kekejaman Penjajah Israel: Setiap Tentara Bosan, Pasien Ditindas

Seorang ibu menggendong anaknya yang berusia 2 tahun, Mohammad al-Tamimi yang tewas karena terluka usai ditembak tentara Israel pada 6 Juni 2023.
Seorang ibu menggendong anaknya yang berusia 2 tahun, Mohammad al-Tamimi yang tewas karena terluka usai ditembak tentara Israel pada 6 Juni 2023. /Reuters

PIKIRAN RAKYAT - Seorang petugas medis dari Rumah Sakit Martir Al-Aqsa, Jawdat Sami Al-Madhoun, menceritakan momen dramatis ketika ia berhasil keluar dari Kota Gaza, Palestina, yang sedang dikepung oleh tentara Israel.

Dalam keterangan yang dikutip dari Al Jazeera pada Jumat 17 November 2023, Jawdat berhasil meninggalkan Kota Gaza dengan berjalan kaki sejauh 16 kilometer menuju Deir El-Balah. Sebelumnya, selama 25 hari lebih, ia menjadi sukarelawan di unit gawat darurat Rumah Sakit Al-Shifa.

"Saya adalah seorang sukarelawan. Saya menerima pasien, melakukan triase, dan memberikan perawatan kepada siapa pun yang membutuhkan bantuan. Meskipun saya bukan perawat terlatih, saya belajar selama satu setengah tahun dan ingin memberikan kontribusi apa pun yang saya bisa untuk membantu," kata Jawdat.

Jawdat menceritakan momen ketika ia dan beberapa pengungsi memutuskan untuk meninggalkan Rumah Sakit Al-Shifa, tempat mereka berlindung dari serangan Israel. Mereka berharap bisa melewati tank, tentara, dan penembak jitu Israel dengan selamat.

Baca Juga: Penjajah Israel Klaim Temukan Bukti Keberadaan Hamas di RS Al Shifa

Selama pelarian mereka, Rumah Sakit Al-Shifa juga menjadi target serangan pasukan Israel pada Rabu. Jawdat menyampaikan bahwa selama serangan tersebut, rumah sakit menerima enam pasien dengan luka-luka. Mereka ditembak setelah diberitahu oleh tentara Israel bahwa mereka boleh meninggalkan gedung mereka.

"Ketika mereka pergi, mereka langsung ditembak," ungkap Jawdat.

Di tengah pelarian mereka, Jawdat dan rekan-rekannya dihadang oleh tentara Israel. Mereka diminta berdiri dengan tangan terangkat dan menunjukkan kartu identitas. Beberapa orang dari rombongannya bahkan diambil oleh tentara Israel.

"Mereka mengambil sekitar 20 pria, menelanjangi, memukuli, mempermalukan, dan kemudian melepaskan mereka. Ini terjadi setiap kali tentara bosan, mereka memilih seseorang untuk ditindas dan dihina," cerita Jawdat.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat