kievskiy.org

Netanyahu Tolak Usul AS, Ogah Hidup Berdampingan dan Bangun Lagi Gaza Usai Perang

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz, selama perjalanannya selama seminggu yang bertujuan menenangkan ketegangan di Timur Tengah, di Hotel David Kempinski, di Tel Aviv, Israel, 9 Januari 2024.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz, selama perjalanannya selama seminggu yang bertujuan menenangkan ketegangan di Timur Tengah, di Hotel David Kempinski, di Tel Aviv, Israel, 9 Januari 2024. /Reuters/Evelyn Hockstein

PIKIRAN RAKYAT - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken menghadapi pembicaraan alot dengan para pemimpin Israel Penjajah mengenai masa depan Gaza pascaperang.

Dalam diskusi pada Selasa, 9 Januari 2024, Blinken datang ke Israel untuk menyampaikan hasil rembukan dengan empat negara Arab dan Turki, demi membantu membangun kembali Gaza setelah perang.

Menurut Blinken, negara-negara tersebut ingin pertempuran di Gaza segera berakhir dan ingin mengambil langkah nyata menuju pembentukan negara Palestina hidup berdampingan dengan Israel.

Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak menyukai ide ini. Penghentian perang dan hidup berdampingan dengan Palestina menjadi dua hal yang tidak akan dia izinkan.

Sementara itu, militer Israel Penjajah terus melancarkan serangannya di wilayah Gaza. Pengeboman besar-besaran dan pertempuran mengguncang kamp-kamp pengungsi, menyebabkan warga Palestina berjuang mencari keselamatan dan menghambat upaya kelompok bantuan menyalurkannya kepada masyarakat sipil.

Baca Juga: Sepanjang 2023, Israel Penjajah Gempur Tepi Barat Sebanyak 12.000 Kali

Hubungan AS dan Israel Penjajah kini semakin di ujung tanduk. Keduanya masih terpecah belah, beda pendapat mengenai bagaimana Gaza akan dikelola jika penguasa Hamas sudah dikalahkan.

Para pejabat Amerika telah menyerukan kepada Otoritas Palestina, yang saat ini memerintah sebagian Tepi Barat yang diduduki Israel, untuk mengambil kendali di Gaza.

Sebaliknya, para pemimpin Israel Penjajah menolak gagasan tersebut meski belum mengajukan rencana konkrit mereka selain kontrol militer terbuka atas wilayah bersangkutan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat