PIKIRAN RAKYAT - Neni Yulianti, 29 tahun, warga Kampung Babakan, Dusun Cikurantung, Desa Mandalasari, Kecamatan Puspahiang, Kabupaten Tasikmalaya, hanya bisa tertegun saat melihat jalur darurat area longsor yang licin dan berlumpur.
Maksud hati mengirimkan celana hasil produksinya menggunakan sepeda motor ke Pasar Mandalasari, Neni akhirnya mengurungkan niatnya lantaran ngeri melihat kondisi akses darurat itu.
Ia memilih menunggu penjemput yang mau membawakan barang-barang produksinya. Beberapa warga lain turun tangan membantu sejumlah pengendara sepeda motor yang nekad melintasi jalur darurat yang licin dan berlumpur setelah diguyur hujan.
Sebagian pengendara memilih turun dan menuntun sepeda motornya. Pengendara lain yang memaksakan menunggangi kendaraanya tampak oleng karena medan jalan darurat yang licin itu.
Jalan yang belum pulih berdampak pada perekonomian warga. "Perekomian (warga) tergantung di jalan ini," ucap Neni di Kubang, Jumat 3 Januari 2020.
Bahkan, lanjut Neni, sebuah sentra pembuatan gula di salah satu kampung yang terisolasi sudah tutup setelah longsor terjadi dan memutus akses. "Pabrik gula sudah diliburkan karena (pengangkutan) bahan kayunya tidak bisa melintas," kata Neni.
Suami Neni yang biasa mengemudikan mobil pengangkut hasil bumi pun memilih mencari kerja di luar tempat tinggalnya setelah mata pencahariannya terganggu rusaknya jalan akibat longsor.
Kekhawatiran juga dirasakan terkait kegiatan belajar para siswa asal wilayah yang terdampak longsor. Pasalnya, warga 3 dusun di Mandasari dan 1 kampung di Taraju banyak menyekolahkan anak-anaknya di SMP Negeri 2 Puspahiang yang berada dekat Kantor Desa Mandalasari. Putusnya jalan bakal menyulitkan para pelajar selepas liburan dan memulai kembali kegiatan belajar mengajar.