kievskiy.org

Demi Bertahan Hidup, Nelayan dan Petani Indramayu Terapkan Sistem Barter

WARGA tengah mengolah hasil laut tangkapan suami mereka, belum lama ini. Hasil olahan ikan tersebut akan ditukar dengan padi. Upaya barter dilakukan untuk bertahan hidup di tengah pandemi.*
WARGA tengah mengolah hasil laut tangkapan suami mereka, belum lama ini. Hasil olahan ikan tersebut akan ditukar dengan padi. Upaya barter dilakukan untuk bertahan hidup di tengah pandemi.* /GELAR GANDARASA/"PR"

PIKIRAN RAKYAT - Pandemi virus Covid-19 yang tengah melanda seluruh dunia membuat perekonomian warganya memburuk, tak terkecuali di Indonesia. Mereka yang biasanya mencari nafkah sehari-hari, aktivitasnya harus beku sementara waktu ini akibat adanya pembatasan sosial demi mencegah penyebaran virus.

Guna bertahan hidup, tentunya tak mungkin untuk terus mengandalkan bantuan yang mungkin datangnya tidak konstan. Di Kabupaten Indramayu, nelayan yang tergabung ke dalam Serikat Nelayan Indonesia (SNI) mencoba bertahan dengan kembali menerapkan sistem barter. Hasil tangkapan laut mereka tukar dengan bahan pangan lain.

Baca Juga: Diterkam Singa, Wanita Petugas Kebun Binatang Kritis dan Luka Parah

Sistem tersebut sudah diterapkan di wilayah Desa Tenajar, Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indramayu. Nelayan SNI, melakukan barter dengan para petani yang tergabung ke dalam Paguyuban Tani Tenajar. Nelayan Indramayu Kus mengatakan, bahan pangan yang dibarter tentunya memiliki nilai jual yang setara dan telah disepakati oleh kedua belah pihak. “Jadi tidak akan merugikan salah satu pihak,” ungkap dia, Jumat 29 Mei 2020.

Adapun bahan pangan yang ditukar seperti ikan dan beras. Dua komoditas pangan tersebut kata dia, cukup bernilai di pasar. Namun saat pandemi seperti ini, harga ikan merosot tajam karena sepinya pembeli. Hal itulah yang membuat nelayan pusing karena mereka kesulitan untuk membeli bahan pangan lain seperti beras dan sayuran.

Baca Juga: Presiden Diminta Tegakkan Tatanan New Normal dengan Sangat Ketat

Lewat cara barter tersebut, kebutuhan pangan sehari-hari tetap dapat terjaga meski di tengah ancaman harga yang anjlok. Selain menggerakkan kembali perekonomian, sistem barter kata dia juga bisa kembali menghidupkan semangat gotong-royong yang saat ini mulai terkikis dari tengah masyarakat. 

Untuk sementara, lumbung pangan hanya ada di empat desa yang dua di antaranya di Indramayu dan sisanya di Cirebon. Produk olahan hasil nelayan seperti  teri jengki, abon ikan tongkol, abon rajungan, gesek layur, dan kembung asap.

Baca Juga: PKB Desak Pemkot Kota Bandung Perhatikan Protokol New Normal di Pesantren

Ketua Paguyuban Tani Tenajar Aruzy mengatakan, dengan diterapkannya sistem barter bisa membangkitkan kembali semangat para petani. Terlebih saat ini, harga gabah juga tidak tengah bersahabat dengan para petani. Di tengah pandemi Covid-19, sistem barter bisa membantu kedua belah pihak dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat