PIKIRAN RAKYAT - Pemerintah Kabupaten Pangandaran meluncurkan inovasi yang bernama PATAS (Pangandaran Tanpa Stunting) dalam rangka pengentasan kasus stunting.
Kasus stunting di Pangandaran kini berada di angka 2 persen. Penurunan tersebut merupakan hasil eksisting e-PPGBM (Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) yang digelar di posyandu setiap bulan.
"Dengan inovasi PATAS, berharap di tahun 2024 nanti Kabupaten Pangandaran bisa zero stunting," ujar Kepala Dinas Keluarga Berencana Kabupaten Pangandaran Heri Guntari.
Program PATAS akan diawasi dengan cara memaksimalkan Tim Pendamping Keluarga yang terdiri dari Kader PKK, Kader KB, dan tenaga kesehatan (nakes) Dinas Kesehatan untuk meminimalisir angka stunting yang dimulai dari calon pengantin.
Baca Juga: Usai Umumkan Pemberhentian Gubernur dan Wagub, DPRD Jabar Godok 3 Nama Calon Pengganti Ridwan Kamil
"Kita memberikan pengarahan kepada para calon pengantin supaya ketika menikah dan melahirkan anak yang tidak stunting. Itu didampingi oleh Tim Pendamping Keluarga," kata Heri.
Pendampingan dimulai dari calon pengantin yang bekerja sama dengan Kementerian Agama. Tiga bulan sebelum menikah, calon pengantin harus lapor ke Kementerian Agama yang didampingi oleh Tim Pendamping Keluarga untuk memastikan sudah berusia perempuan 21 tahun dan laki-laki 25 tahun saat menikah.
Selanjutnya, tim akan mendampingi pasangan suami-istri pada usia subur yang memungkinkan mempunyai anak untuk menjaga kondisi tubuh dan usia.
"Karena ibu yang hamil di bawah usia 21 tahun itu ada kemungkinan akan melahirkan anak yang stunting. Jadi kalau hamilnya direncanakan dan usianya di atas 21 tahun, anaknya akan sehat dan tidak stunting," ujarnya.