kievskiy.org

Petani Cabai di Majalengka Malah Rugi Besar Saat Harga Naik di Pasar

Petani cabai di Desa Sukakerta merugi karena cabai yang ditanamnya rusak dan kering.
Petani cabai di Desa Sukakerta merugi karena cabai yang ditanamnya rusak dan kering. /Pikiran Rakyat/Tati Purnawati

PIKIRAN RAKYAT - Para petani cabai di Desa Sukakerta, Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka, tidak bisa menikmati keuntungan besar saat masa panen karena perkebunan mereka rusak akibat kekurangan air serta suhu udara panas. Cabai yang mereka tanam mengering.

Mereka seharusnya bisa meraup keuntungan besar karena saat ini harga cabai di pasar tradisional mencapai Rp70.000 per kilogram untuk cabai merah dan cabai rawit hijau, serta Rp100.000 per kilogram untuk cabai rawit merah.

Namun, panen mereka rusak. Cabai-cabai kering. Belum lagi serangan hama tikus.

“Jadi cabai berbuah, namun sedikit. Selain itu, buah juga pendek kerdil serta sebagian mengering karena cuaca terlalu panas," sebut Karyadi, salah seorang petani yang mengaku menanam cabai seluas 100 bata.

Dia mengaku hanya mampu memanen tiga kali. Biasanya, ketika cuaca bagus dan tidak sepanas sekarang, panen bisa beberapa kali dengan hasil sekira 1,5 ton.

Baca Juga: KCIC Klarifikasi soal Atap Area Stasiun Kereta Cepat Halim Bocor Akibat Hujan Deras

Kekeringan dan cuaca panas jadi penyebab petani cabai di Desa Sukakerta, Majalengka, gagal panen.
Kekeringan dan cuaca panas jadi penyebab petani cabai di Desa Sukakerta, Majalengka, gagal panen.

Menurutnya, satu pohon hanya menghasilkan beberapa buah cabai. Itupun ukurannya kecil dan lebih banyak bijinya.

Hal yang sama diungkapkan petani lainnya, Juhadi, yang juga menanam seluas 100 bata. Dia menyebut hampir seluruh petani cabai di wilayahnya mengalami kerugian saat harga tinggi.

Tahun–tahun sebelumnya para petani di wilayahnya selalu meraup keungtungan tinggi dari tanaman cabai. Uang dari hasil panen cabai bisa dukumpulkan untuk membiayai kebutuhan rumah tangga karena nilainya besar.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat