kievskiy.org

Pilkada 2024 di Depan Mata, Saatnya Elite Politik Menentukan Jagoannya

Ilustrasi Pilkada 2024.
Ilustrasi Pilkada 2024. /Pikiran-Rakyat.com/Fian Afandi

PIKIRAN RAKYAT - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak akan diselenggarakan pada Oktober 2024. Hasil dari Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 akan menjadi panduan bagi para elite-elite lokal untuk menentukan jagoannya dan dengan partai politik mana akan berkoalisi.

Politik memang dinamis. Apa yang terjadi dalam konstelasi politik di pusat tidak akan sama dengan di tataran lokal. “Di pusat bisa saja politik selesai setelah penetapan. Baru lihat dinamika politik ke depan. Politik lokal akan lebih cair situasinya, tapi persaingan parpol besar akan bersaing ketat,” ujar pengamat politik dari Universitas Jenderal Ahmad Yani (Unjani) Arlan Siddha kepada kontributor Pikiran Rakyat Dewiyatini, pada Minggu, 3 Maret 2024.

Arlan mengatakan parpol-parpol besar tengah bersiap berkomunikasi dengan parpol lain. Namun, koalisi di pusat akan berbeda dengan daerah. Pasalnya di pilkada, hitung-hitungan untuk mengusung dan mendukung berbeda dengan di pusat.

“Parpol-parpol juga akan mulai berburu kandidat yang bisa mereka usung di pilkada. Apalagi pilkada serentak ini parpol harus mempertimbangkan kandidat untuk pilgub, pilbup, serta pilwalkot. Fokus mereka terpecah,” ujarnya.

Tidak heran bila calon kandidat yang sebagian besar petahana, mulai membangun jenama mereka. Mereka berupaya mengingatkan masyarakat tentang siapa mereka sebelumnya.

Selain itu, peran para politikus senior juga akan berperan dicari dukungannya. Arlan menyebutkan nama-nama seperti Dada Rosada dan Aa Umbara masih diperhitungkan suaranya.

“Terlepas pada catatan hitam mereka, tapi di kancah politik, nama mereka sebagai dukungan tetap diperhatikan,” ucapnya.

Arlan mengatakan para peraih suara terbanyak di Pileg 2024 seperti Komeng, Deni Cagur, Atalia Praratya, dan Dedi Mulyadi akan dipertimbangkan menjadi kandidat dalam pilkada. “Hasil pileg ini untuk mengetes dukungan masyarakat terhadap nama-nama tersebut,” katanya.

Senada dengan Arlan, pengamat politik Universitas Padjadjaran Firman Manan mengatakan hasil pileg ini penting sebagai tiket untuk maju di pilkada. Saat ini, parpol yang meraih suara teratas di Jawa Barat, antara lain, Golkar, Gerindra, PDIP, PKS, PKB, NasDem, dan Demokrat. “Parpol dengan raihan suara besar ini berpeluang untuk menjadi pemimpin koalisi sehingga kader yang mereka using akan berpeluang maju di pilkada. Dengan raihan suara 14-15 persen, parpol akan mudah memenuhi dukungan hingga 20 persen,” ucapnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat