kievskiy.org

Asal-usul Ibadah Haji dari Zaman Nabi Ibrahim hingga Rasulullah SAW

Ilustrasi Ka'bah di Makkah, Arab Saudi
Ilustrasi Ka'bah di Makkah, Arab Saudi /Pixabay/ziedkammoun Pixabay/ziedkammoun

PIKIRAN RAKYAT – Ibadah haji menjadi menjadi salah satu rukun islam. Hukum melakukannya adalah wajib untuk orang-orang yang tergolong mampu dan juga sudah siap. Menurut KBBI, ibadah haji didefinisikan sebagai berkunjung ke Mekkah untuk beribadah seperti seperti ihram, tawaf, sai, dan wukuf pada bulan haji. 

Haji bukan sekedar ibadah biasa, melainkan terdapat pesan moral serta nilai lebih yang bisa diambil. Ketika seseorang melakukan ibadah haji secara khusu, orang tersebut akan merasakan betapa besarnya karunia Allah atas apa yang ada di langit dan di bumi. 

Manusia kembali diingatkan bahwa ada salah satu kuasa Allah yang bertahan hingga sekarang. Tentu jika dipikir kembali tidak ada yang mampu bertahan lama tanpa kehendak Allah. Ka'bah menjadi saksi nyata yang telah Allah kehendaki sejak pertama kali dibangun. Sebelum berdiri megah seperti sekarang, Baitullah telah menyematkan sejarah kerohanian yang panjang. 

Dikutip dari jurnal Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama, sejarah ibadah haji tidak terlepas dari andil besar nabi Ibrahim as. Pertama kali Allah perintahkan pembangunan ka'bah kepada nabi Ibrahim tujuannya untuk dijadikan sebagai kiblat umat muslim. 

Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyebarkan ajaran tauhid dengan menyembah Allah. Abu al- Tauhîd adalah julukan nabi Ibrahim a.s., namun di balik gelarnya tersebut, terdapat lika liku panjang yang harus dihadapi. Pada saat itu, nabi Ibrahim telah rampung menyelesaikan bangunan ka'bah dan beliau akhirnya menyerukan ajaran untuk menyembah dan menyerukan ajakan untuk menziarahi ka'bah dengan tujuan beribadah kepada Allah semata. 

Baca Juga: Sejarah Gedung Sate Bandung, Bangunan Bersejarah yang Jadi Primadona Wisatawan

Nabi Ibrahim mendapatkan wahyu dari malaikat Jibril atas kuasa Allah, diperintahkan untuk melakukan thawâf tujuh kali dan berlari-lari kecil di antara bukit Shafâ dan bukit Marwâ. Sejak saat itulah ibadah haji mulai diwajibkan untuk umat muslim. Namun seiring berjalannya waktu, banyak sekali bentuk penyimpangan-penyimpangan yang bermunculan.  

Ketika kepengurusan ka'bah diurus Banû Jurhûm dan diteruskan oleh Banû Khuzâ‟ah penyimpangan mulai terjadi. Pada saat itu, ajaran tentang penyembahan berhala sudah mulai muncul. Kepengurusan ka'bah kemudian beralih kepada kaum Quraisy selaku keturunan nabi Ismail a.s. 

Pada tahun 632 M, ka’bah masih berorientasi sebagai kiblat yang digunakan sebagai patokan tempat ibadah umat muslim kala itu. Namun di sisi lain masyarakat pra islam yang ada di Arab telah mengenal tentang berhala. Mereka membuat patung-patung yang mengelilingi ka'bah sebagai bentuk penghormatan mereka terhadap al-hajar al-aswad (batu hitam) yang dianggap menjadi peninggalan nenek moyang dengan tetap melakukan ibadah yang dianjurkan oleh nabi Ibrahim dan Ismail a.s. 

Penyimpangan seperti inilah yang menjadikan masyarakat Arab dijuluki sebagai ‘Arab Jahiliyah’ atau sering diartikan sebagai masyarakat yang hidup pada zaman kebodohan. Penyimpangan seperti ini berlangsung cukup lama. Bahkan penyimpangan tersebut masih ada saat nabi Muhammad Saw diutus pertama kali oleh Allah. 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat