kievskiy.org

Mengulik Nilai Spiritual Lebaran 2023: Transformasi dari Ego ke Empati dan Kasih Sayang

Ilustrasi lebaran 2023.
Ilustrasi lebaran 2023. /Pexels/Rayn L

PIKIRAN RAKYAT – Jalaludin Rumi, pernah berujar, "Hari Raya Idul Fitri adalah waktu untuk mengampuni dan memaafkan. Mari kita bersatu dalam kebaikan, saling mencintai dan memaafkan satu sama lain.”

Sebaris ucapan tokoh sufi yang hidup dipertengahan abad 12 itu, bisa kita renungi pada lebaran 2023. Kata itu, menjadi seperti peralihan menuju kemenangan menuju-Nya, usai kaum muslim berpuasa selama 1 bulan penuh.

Sebagian, dari kita merayakannya dengan pulang ke kampung halaman dengan penuh kegembiraan serta menziarahi makam sanak keluarga yang sudah mendahului. Lainnya masih bertempur dengan memilah pakaian baru yang akan dikenakan saat menyambut tamu-tamu yang singgah guna berlebaran di rumah masing-masing.

Mungkin, seperempat lainnya dari kita masih tidak mendapatkan apa-apa dari momentum lebaran ini. Hening, terpaku dengan keadaan. Pasrah, dengan kondisi apa adanya. Tidak ada yang salah dengan itu, semuanya sudah berjuang selama satu bulan penuh berpuasa agar bisa meraih konsekuensi terbaik dari lebaran.

Baca Juga: Keutamaan Ramadhan yang Perlu Diketahui, Bikin Semangat Berpuasa

Dalam kitab "Al-Hidayah" atau "Fathul Qarib Al-Mujib" yang ditulis oleh Imam Burhanuddin Al-Marghinani menyebut tentang adab-adab yang harus dilakukan pada Hari Raya Idul Fitri, seperti memberikan ucapan selamat Idul Fitri kepada sesama muslim, memberikan sedekah atau zakat fitrah, serta bermaaf-maafan dan mempererat silaturahmi dengan keluarga dan kerabat.

Momentum ini, seperti hari perayaan agama lainnya pada umumnya. Saling kunjung mengunjungi, saling peluk memeluk, dan terutama saling memaafkan. Namun, lebaran tidak sebatas itu saja, ia jauh melampaui batas keduniawiaan, melebur pada nilai spirituil yang metafisis. Meluruhkan ego, membatalkan rasa angkuh, serta meninjau kembali hakikat kita semua sebagai manusia yang sejatinya banyaklah kekhilafan selama 11 bulan, Ramadhan diciptakan Tuhan untuk kembali fitrah.

Kemudian, kita pun bisa merenungi, bahwa dunia ini segala dengan kekisruhan di dalamnya, baik itu pertikaian, pertengkaran, ataupun permusuhan yang selama betahun-tahun tidak terselesaikan, bisa mengendur saat hari raya lebaran. Jika, Tuhan berserta Nabinya menyuruh kita semua untuk saling memberi maaf kepada sesama, lalu kenapa dari kita masih bebal dalam melihat perintah paripurna tersebut.

Tidak perlu dijawab, jawabannya ada di hati masing-masing. Benarkah kita sejatinya sudah menjalankan perintah di hari raya lebaran ini dengan kesungguhan hati atau hanya gimik untuk saling pamer pakaian baru atau berlomba-lomba memasang senyum terbaik lalu diunggah ke media sosial dan mendapat like sebanyak mungkin.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat