kievskiy.org

Akhir Perang Israel Palestina Menurut Hadis Rasulullah SAW, Khilafah Turun di Yerusalem

Manuver tank penjajah Israel, di tengah pembantaian yang sedang berlangsung terhadap kelompok Islam Palestina Hamas di Jalur Gaza utara, 8 November 2023.
Manuver tank penjajah Israel, di tengah pembantaian yang sedang berlangsung terhadap kelompok Islam Palestina Hamas di Jalur Gaza utara, 8 November 2023. /Reuters/Ronen Zvulun

PIKIRAN RAKYAT – Konflik Israel dan Palestina yang berkepanjangan rupanya telah dinubuahkan Rasulullah Muhammad SAW pada 1400 tahun yang lalu. Dalam nubuahnya, Rasulullah menyebutkan bahwa Khilafah akan turun di Baitul Maqdis atau Yerusalem yang saat ini menjadi Ibu Kota Palestina.

Hadist tersebut diriwatkan oleh HR Abu Dawid yang mengisahkan Abdullah bin Hawala. Dia menyaksikan dua masa kekhalifahan yang berbedalam selam azaman umayah. Menurut Kitab Syarh Sunan Abi Dawud, Abdullah bin Hawala menyaksikan kekhalifahan Muawiyah bin Abi Sufyan yang terjadi pada bulan Syawal tahun 41 Hijriah di kota suci Yerusalem (Bait al-Maqdis). Dia juga hidup sampai masa kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan, yang dimulai pada tahun 80 Hijriah di wilayah Damaskus (Syam). Berikut adalah haditsnya.


حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنَا أَسَدُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنِي ضَمْرَةُ أَنَّ ابْنَ زُغْبٍ الْإِيَادِيَّ، حَدَّثَهُ قَالَ: نَزَلَ عَلَيَّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ حَوَالَةَ الْأَزْدِيُّ، فَقَالَ لِي: بَعَثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِنَغْنَمَ عَلَى أَقْدَامِنَا فَرَجَعْنَا، فَلَمْ نَغْنَمْ شَيْئًا، وَعَرَفَ الْجَهْدَ فِي وُجُوهِنَا فَقَامَ فِينَا، فَقَالَ: اللَّهُمَّ لَا تَكِلْهُمْ إِلَيَّ، فَأَضْعُفَ عَنْهُمْ، وَلَا تَكِلْهُمْ إِلَى أَنْفُسِهِمْ فَيَعْجِزُوا عَنْهَا، وَلَا تَكِلْهُمْ إِلَى النَّاسِ فَيَسْتَأْثِرُوا عَلَيْهِمْ. ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ عَلَى رَأْسِي، أَوْ قَالَ: عَلَى هَامَتِي، ثُمَّ قَالَ: يَا ابْنَ حَوَالَةَ، إِذَا رَأَيْتَ الْخِلَافَةَ قَدْ نَزَلَتْ أَرْضَ الْمُقَدَّسَةِ فَقَدْ دَنَتِ الزَّلَازِلُ وَالْبَلَابِلُ وَالْأُمُورُ الْعِظَامُ، وَالسَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ أَقْرَبُ مِنَ النَّاسِ مِنْ يَدِي هَذِهِ مِنْ رَأْسِكَ

“Kami diberitahu oleh Ahmad bin Salih, yang diberitahu oleh Asad bin Musa, yang diberitahu oleh Muawiyah bin Salih, yang memberi tahu saya, bahwa Ibn Zughb al-Iyadi mengisahkan kepada saya, ia berkata: ‘Abdullah bin Hawala al-Azdi datang kepadaku dan berkata: ‘Rasulullah SAW mengutus kami untuk menjarah dengan harapan mendapatkan harta rampasan, tetapi kami kembali tanpa berhasil mendapatkan apa pun. Kemudian, Rasulullah SAW melihat kelelahan yang terpancar di wajah kami, lalu berdiri di tengah-tengah kami dan berdoa: ‘Ya Allah, janganlah Engkau menimpakan beban kepada mereka yang mereka tidak sanggup memikulnya. Dan janganlah Engkau menimpakan beban kepada diri mereka sendiri sehingga mereka menjadi lemah. Dan janganlah Engkau menyerahkan mereka kepada orang-orang lain sehingga orang lain akan memanfaatkan mereka.’ Kemudian, Rasulullah SAW meletakkan tangannya di atas kepalaku, atau dia mungkin mengatakan ‘hamah’ (leher/kepala), lalu dia berkata: ‘Wahai Ibn Hawala, ketika kamu melihat khilafah telah turun ke Baitul Maqdis (Yerusalem), maka saat itu akan mendekat gempa bumi, bencana besar, dan masalah besar. Pada hari itu, saat Kiamat akan lebih dekat bagi manusia daripada jarak ini antara tanganku dan kepalamu.’ Abu Dawud berkata: ‘Abdullah bin Hawala adalah dari Homs.'” (HR. Abu Dawud).

Dalam hadist tersebut, kekhalifahan Islam akan turun tepat di Yerusalem dan membawa kedamaian bagi masyarakat Palestina yang dilanda konflik. Kekhalifahan tersebut menjadi akhir dari konflik antara Israel dan Palestina sekaligus menandai kejayaan Agama Islam terhadap musuh-musunya. Namun bagaimana kualitas riwat hadist tersebut?

Baca Juga: Spanyol Bilang Tak akan Biarkan Genosida di Palestina dengan Berdiam Diri

Kualitas Hadist

Dilansir Pikiran-rakyat.com dari laman resmi Muhammadiyah, terdapat beberapa catatan kaki yang memberikan pandangan kritis terhadap keandalan hadis tersebut. Hadis ini diriwayatkan oleh Abdullah bin Hawala al-Azdi, namun editor, Syuaib Al-Arnaout, menandai hadis ini sebagai lemah.

Catatan kaki tersebut menjelaskan bahwa perawi-perawi dalam rantai riwayat hadis ini menimbulkan keraguan. Muawiyah bin Salih, meskipun dianggap sebagai perawi yang kuat, terlibat dalam beberapa riwayat hadis yang mencurigakan, yang dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan terhadap hadis ini.

Selain itu, terdapat ketidakpastian mengenai status Abdullah bin Zughb dalam riwayat hadis ini. Beberapa ulama hadis menganggapnya sebagai perawi yang kurang dikenal dan tidak terpercaya. Kehadiran ketidakpastian ini menciptakan keraguan terhadap kesahihan hadis. Variasi dalam penamaan dan atribusi perawi dalam riwayat hadis ini juga menambah keraguan tentang konsistensi dan keandalannya.

Penting untuk dicatat bahwa hadis ini dianggap tidak sesuai dengan sunnah yang telah dikenal dan diterima oleh umat Islam. Isinya mencakup ramalan tentang kejadian-kejadian besar di masa depan, yang bisa dianggap sebagai perkiraan yang tidak sesuai dengan karakter hadis-hadis yang lain.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat