kievskiy.org

Bolehkah Menggabungkan Puasa Arafah dan Puasa Qadha Ramadhan? Ini Penjelasannya

Kalender Hijriah di Bulan Juni 2024, Ada Puasa Arafah dan Hari Raya Idul Adha
Kalender Hijriah di Bulan Juni 2024, Ada Puasa Arafah dan Hari Raya Idul Adha /Pixabay/13452116 Pixabay/13452116

PIKIRAN RAKYAT - Puasa Arafah, yang dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah, adalah puasa sunnah, sedangkan puasa Qadha Ramadhan merupakan kewajiban mengganti puasa Ramadhan yang terlewat. Terdapat perbedaan pendapat ulama tentang kebolehan menggabungkan keduanya.

Menurut Kementerian Agama Republik Indonesia, Hari Arafah jatuh pada Minggu, 16 Juli 2024, dan Idul Adha pada Senin, 17 Juli 2024. Hari Arafah adalah momen untuk beribadah seperti puasa dan sedekah.

Namun, di kalangan umat Muslim, terdapat kecenderungan untuk menunda qadha puasa Ramadhan hingga bertepatan dengan puasa sunnah seperti Arafah, dengan tujuan untuk mendapatkan pahala ganda dengan menjalankan keduanya bersamaan.

Bolehkah menggabungkan Puasa Arafah dan Qadha Ramadhan?

Puasa Arafah merupakan salah satu amalan sunnah yang amat dianjurkan dalam Islam, dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah setiap tahunnya. Sementara itu, puasa Qadha Ramadan adalah kewajiban mengganti puasa Ramadhan yang terlewat. Pertanyaan yang sering muncul adalah bolehkah menggabungkan keduanya?

Menurut Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU), Ustaz Alhafiz, menggabungkan puasa Arafah dengan qadha Ramadan adalah sah. Hal ini mengacu pada penjelasan beliau yang dikutip dari NU Online, dua menjelaskan bahwa menjalankan puasa qadha pada hari puasa Arafah tetap mendapatkan keutamaan dari berpuasa Arafah.

Pendapat ini juga didukung oleh Syekh Zakariya Al-Anshari dalam kitab Asnal Mathalbi Juz V. Beliau menyebutkan bahwa orang yang berpuasa Arafah sebagai pengganti qadha atau karena nazar akan tetap mendapatkan pahala puasa sunnah Arafah. Pandangan ini juga dikuatkan oleh ulama-ulama lain seperti Al-Ushfuwani, Al-Faqih Abdullah An-Nasyiri, dan Al-Faqih Ali bin Ibrahim bin Shalih Al-Hadhrami, yang menganggap pandangan ini sebagai pandangan yang kuat.

قَوْلُهُ وَصَوْمُ عَاشُورَاءَ) أَفْتَى الْبَارِزِيُّ بِأَنَّ مَنْ صَامَ عَاشُورَاءَ مَثَلًا عَنْ قَضَاءٍ أَوْ نَذْرٍ حَصَلَ لَهُ ثَوَابُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ وَوَافَقَهُ الْأَصْفُونِيُّ وَالْفَقِيهُ عَبْدُ اللَّهِ النَّاشِرِيُّ وَالْفَقِيهُ عَلِيُّ بْنُ إبْرَاهِيمَ بْنِ صَالِحٍ الْحَضْرَمِيُّ وَهُوَ الْمُعْتَمَدُ (قَوْلُهُ صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ اُحْتُسِبَ عَلَى اللَّهِ إلَخْ) الْحِكْمَةُ فِي كَوْنِ صَوْمِ عَرَفَةَ بِسَنَتَيْنِ وَعَاشُورَاءَ بِسَنَةٍ أَنَّ عَرَفَةَ يَوْمٌ مُحَمَّدِيٌّ يَعْنِي أَنَّ صَوْمَهُ مُخْتَصٌّ بِأُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَاشُورَاءَ يَوْمٌ مُوسَوِيٌّ

Artinya: (Puasa Asyura). Al-Barizi berfatwa bahwa orang yang berpuasa pada hari Asyura misalnya untuk qadha atau nazar puasa, maka ia juga mendapat pahala puasa sunnah hari Asyura. Pandangan ini disepakati oleh Al-Ushfuwani, Al-Faqih Abdullah An-Nasyiri, Al-Faqih Ali bin Ibrahim bin Shalih Al-Hadhrami. Ini pandangan yang muktamad. (Puasa hari Asyura dihitung oleh Allah) Hikmah di balik ganjaran penghapusan dosa dua tahun untuk puasa sunnah Arafah dan penghapusan dosa setahun untuk puasa Asyura adalah karena Arafah adalah harinya umat Nabi Muhammad SAW, yakni puasa sunnah Arafah bersifat khusus untuk umat Nabi Muhammad SAW. Sementara Asyura adalah harinya umat Nabi Musa AS.

Sayyud Bakri Syatha Al-Dimyathi, dalam kitab I'anatut Thalibin, juga menyatakan bahwa jika seseorang berpuasa pada hari-hari yang sangat dianjurkan untuk berpuasa seperti Arafah dengan niat qadha atau sejenisnya, maka ia akan mendapatkan pahala puasa sunnah tersebut.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat