kievskiy.org

Kisah Pilu Guru Honorer Ikut Seleksi PPPK Cerminkan Watak Bangsa Kita

Peserta mengikuti tes seleksi PPPK (Penerimaan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja)  yang digelar Pemkab Tulungagung di Tulungagung, Jawa Timur, Senin 13 September 2021. Seleksi kemampuan bidang berbasis komputer itu dijadwalkan berlangsung dua hari mulai Senin 13 September 2021 dan diikuti 3.500 peserta yang didominasi tenaga honorer guru demi memperebutkan 846 formasi tenaga pendidik mulai jenjang SD, SMP hingga SMA.
Peserta mengikuti tes seleksi PPPK (Penerimaan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) yang digelar Pemkab Tulungagung di Tulungagung, Jawa Timur, Senin 13 September 2021. Seleksi kemampuan bidang berbasis komputer itu dijadwalkan berlangsung dua hari mulai Senin 13 September 2021 dan diikuti 3.500 peserta yang didominasi tenaga honorer guru demi memperebutkan 846 formasi tenaga pendidik mulai jenjang SD, SMP hingga SMA. /Antara/Destyan Sujarwoko

PIKIRAN RAKYAT - Menyaksikan para guru honorer yang telah mengabdi puluhan tahun ikut berjuang dalam seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) sungguh menggetarkan hati.

Demi diangkat menjadi PPPK, para guru yang bahkan di antaranya sudah sepuh dan menderita sakit harus tertatih-tatih mengikuti tahap demi tahap proses seleksi.

Dipaksa untuk berkompetisi dengan mereka yang masih muda, mau tak mau harus dijalani demi mendapat kesempatan diangkat menjadi tenaga PPPK.

Pengalaman puluhan tahun mengajar hampir tak diperhitungkan pada proses ini. Di antara para guru honorer yang telah mengabdi puluhan tahun ini bahkan ada yang masih menerima honor Rp 250.000 atau Rp 300.000 per bulan.

Baca Juga: 13 Tahun Jadi Honorer, Seorang Guru di Karawang Semangat Ikut Seleksi PPPK Meski Idap Stroke

Tak perlu dijelaskan bagaimana mereka bersusah payah memenuhi kebutuhan hidup. Apalagi di tengah pandemi Covid-19, seorang guru harus berperan lebih banyak dalam pembelajaran.

Pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas yang sudah dimulai di sejumlah sekolah di berbagai wilayah, membuat guru-guru harus mampu melayani para peserta didiknya secara tatap muka sekaligus dengan metode dalam jaringan.

Di sisi lain, para guru honorer ini juga harus memikirkan dapur dan perutnya. Bukan perkara mudah di saat tanggung jawab sebagai pendidik dituntut harus diberikan secara penuh tetapi penghasilan masih juga belum memadai. Sementara tunjangan kinerja bersumber dari APBD daerah juga seringkali terlambat.

Kembali pada seleksi PPPK, berbagai pihak menilai, prosesnya tak ramah terhadap guru honorer senior.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat