kievskiy.org

Karangan dari Garis Depan

ILUSTRASI tentara, prajurit.*
ILUSTRASI tentara, prajurit.* /PIXABAY

CERITA tentara tidak selalu berakhir di medan perang. Adang S., prajurit baret hijau dari Batalion 330/Kujang I Siliwangi, sekian kali turut maju ke berbagai wilayah konflik di dalam dan luar negeri, dan dapat melalui semua itu dengan selamat. Ia wafat di tengah keluarga baru-baru ini dalam usia 81 tahun.

Bagi masyarakat luas yang membaca, ketentaraan Pak Adang terasa dari karya sastra yang dia ciptakan. Ia memang bukan tentara biasa meski pangkatnya tidak sampai perwira.

Baca Juga: Cek Fakta, Isi Bensin di Pagi hari Sebabkan Penambahan Volume Bahan Bakar

Ia adalah tentara yang menulis tentang kehidupan tentara. Pak Adang dikenang sebagai tentara bukan hanya karena ia pernah berperang melainkan juga karena ia menulis tentang perang.

Dengan itu, ia menempati kedudukan yang unik dalam sejarah sastra Sunda modern. Ia menulis dari pengalaman, kiranya dengan bakat alam, untuk menyuguhkan cerita berlatar medan perang.

Baca Juga: Ahmad Dhani dan Maia Estianty Satu Panggung, Dul Jaelani: Mencium Aroma Cinta yang Bersemi Kembali

Karangan-karangannya seperti jurnal dari garis depan, semacam memoar dari seseorang yang memanggul senapan.

Karangan Adang S. turut menyajikan rekaman tersendiri dari gejolak Indonesia. Ada karangan yang mengacu ke zaman republik muda yang terseret ke dalam perang saudara belasan tahun lamanya.

Baca Juga: Intip 5 Bahan Alami yang Dapat Membantu Menghilangkan Bintik-bintik Hitam di Wajah

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat