kievskiy.org

Menyikapi Jokowi ke Bandung, Waspadai Kelaparan Akut Akibat Dampak Krisis Pangan Dunia

Jokowi saat mengunjungi Cicaheum, Kota Bandung, Minggu, 28 Agustus 2022
Jokowi saat mengunjungi Cicaheum, Kota Bandung, Minggu, 28 Agustus 2022 /Pikiran-Rakyat.com/Boy Darmawan

PIKIRAN RAKYAT - Presiden Joko Widodo dalam kunjungan kerja ke Bandung, kembali mengingatkan guna mewaspadai potensi ancaman krisis pangan selain kegentingan pada bidang kesehatan, energi dan keuangan (ekonomi) yang telah memporak-porandakan setidaknya 66 negara di dunia. 

Saat ini situasi dunia sedang tidak baik-baik saja.

“Harus saya sampaikan apa adanya. Bahwa pada saat ini kita berada pada posisi yang tidak mudah. Dunia sekarang berada pada situasi yang sangat sulit, tidak gampang, dan tidak mudah mengelola negara dalam situasi di dunia yang penuh ketidakpastian, penuh dengan kesulitan karena dimulai dengan pandemi Covid-19”, ujarnya dalam acara Musyawarah Rakyat (Musra) Indonesia di Bandung, 28 Agustus lalu.  

Baca Juga: Jokowi Bagikan Bansos dan Tambahan Modal Usaha Saat ke Cicaheum Bandung

Dari berbagai kemelut yang melanda dunia internasional, Presiden Jokowi, menyampaikan sudah terdapat 82 negara, yang mengalami kelaparan akut dan sejumlah negara lain telah masuk pada situasi kelaparan.

Tercatat setidaknya 345 juta jiwa terdampak dari akibat krisis pangan yang melanda berbagai belahan dunia.

Untungnya Indonesia memiliki ketahanan pangan yang kuat (resiliensi). Setidaknya itu terbukti dari penghargaan yang diberikan oleh International Rice Research Institute (IRRI), 14 Agustus lalu, yang diterima langsung oleh Presiden Jokowi, terkait sistem ketahanan pertanian-pangan tangguh dan swasembada beras (2019-2021) melalui penggunaan teknologi inovasi padi.

Untuk pencapaian swasembada beras dimaksud merupakan pengulangan pencapaian di tahun 1984, di mana kala itu, Indonesia diganjar penghargaan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO)-PBB.

Baca Juga: Menanti Debut Luis Milla di Laga PSM Makassar vs Persib Bandung, Siap Terapkan Tiki-Taka?

IRRI merupakan sebuah lembaga penelitian non pemerintah internasional yang berdiri semenjak tahun 1960 dan berpusat di Los Banos, Filipina, dan getol melakukan research agar negara-negara di ASEAN memiliki ketahanan pangan serta mencari cara guna meningkatkan kesejahteraan petani beras, konsumen, dan keberlanjutan lingkungan pertanian padi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat