kievskiy.org

Polemik HIV dan AIDS: Menunggu Keberpihakan yang Berkepentingan

Ilustrasi HIV dan AIDS, fenomena yang tengah disorot di Bandung, Jawa Barat.
Ilustrasi HIV dan AIDS, fenomena yang tengah disorot di Bandung, Jawa Barat. /Pixabay/Mohammed Hassan

PIKIRAN RAKYAT - Polemik pemberitaan tentang kasus penularan HIV di Kota Bandung pada akhir Agustus 2022 lalu menyadarkan semua dari tidur lelap. Betapa angka tersebut membuat mata dan mudah-mudahan hati semua menjadi tersadar.

Pernyataan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung tidak sepenuhnya keliru. Teman-teman di sana memiliki keterbatasan ruang-ruang untuk menyampaikan informasi ke publik. Pun ketika media memuat pemberitaan, informasi yang disajikan juga belum mengakomodasi data-data secara utuh.

Wartawan memiliki sudut pandang beragam, pemilihan diksi sesuai dengan ketertarikan pembaca dan ruang pemberitaan yang terbatas. Diperlukan ruang-ruang diskusi yang dapat menyajikan data secara utuh dengan melibatkan pemangku kepentingan, pejabat yang berkepentingan, praktisi, dan ahli.

Permasalahan HIV AIDS selama ini masih menjadi hal yang cenderung “tidak ingin didengar oleh mereka yang memiliki kuasa”. Sehingga ketika muncul ke permukaan memantik pernyataan dari mereka yang berkepentingan, memberikan penjelasan atas program selama ini, menjelaskan teori-teori HIV AIDS, atau bahkan membuat pernyataan yang cenderung pragmatis.

Baca Juga: TXT Konser di Indonesia: Jadwal hingga Harga Tiket TOMORROW X TOGETHER

Publik kemudian disuguhkan perdabatan halus elit Provinsi Jawa Barat. Menyuguhkan pemahaman atas isu yang selama ini menjadi program mereka yang diklaim secara berkesinambungan dilaksanakan untuk memutus mata rantai penularan.

Bahkan bebrapa tahun sebelumnya, isu ini menjadi hal utama yang diangkat dalam Pertemuan Nasional (Pernas) AIDS yang diselenggarakan oleh Provinsi Jawa Barat, dimana setidaknya para elit melihat atau bahkan memberikan pernyataan secara resmi. Terlepas memahami atau hanya membacakan saja.

Faktor Risiko Heteroseksual

Polemik ini seyogyanya dijadikan sebagai momentum berbenah. Berbenah program, pelayanan atau bahkan berbenah perilaku bagi mereka yang berisiko. Setidaknya ruang-ruang diskusi harus menjadi hal yang dikedepankan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat