PIKIRAN RAKYAT - Pertarungan kontestasi pemilu kepala daerah gubernur DKI Jakarta masih berbuntut panjang. Terpilihnya Anies R. Baswedan sebagai gubernur tidak serta-merta menjadikan pertarungan dalam konteks politik menjadi selesai.
Malah sebaliknya—terutama bagi ‘lawan politiknya’—Anies harus dijegal, apalagi ke depan Anies berpeluang besar untuk bisa ikut berkontestasi pemilihan RI 1 tahun 2024.
Sekarang saja bagi kalangan tertentu, Anies disebut Gubernur Jakarta berasa Presiden dengan kebijakan, gaya bicaranya, penampilan dan kepemimpinannya yang santun penuh kharismatik.
Ketika terjadi tragedi New Zeland yaitu pembantaian di Masjid, Anies menyampaikan rasa simpatik dan belasungkawanya dengan pidato berbahasa Inggris yang fasih—yang viral di Medsos sampai ke luar negeri—dan pidatonya pada peresmian MRT dianggap menyejukkan dan ‘menghargai’ jasa para pendahulunya dan para pekerja yang tiada lelah sampai MRT mewujud dalam realitas memfasilitasi masyarakat sebagai transportasi massal yang terjangkau, ramah dan bersih.
Baca Juga: Netflix Didesak Negara-Negara Arab untuk Tarik Tayangan Berbau Homoseksualitas
Tapi bagi lawan politiknya, Anies adalah ancaman serius sehingga Anies harus dijauhkan dari media agar hasil kerja Anies tidak terlihat di mata publik, black campign, hambat prestasi kerjanya, dan terus dicari kesalahan dan dosanya.
Selayang Pandang tentang Anies Baswedan
Anies Rasyid Baswedan, SE., M. P. P., Ph. D., lahir di Kuningan, Jawa Barat pada 7 Mei 1969 dari pasangan Rasyid Baswedan dan Aliyah Rasyid, cucu dari pejuang kemerdekaan Abdurrahman Baswedan.
Istrinya bernama Fery Farhati Ganis dan mereka dikaruniai anak; Mutiara Anissa Baswedan, Mikail Azizi Baswedan, Kaisar Hakam Baswedan, dan Ismail Hakim Baswedan.