kievskiy.org

Uniknya Megawati

Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri.
Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri. /Antara/Akbar Nugroho Gumay

Beberapa hari ini jagat media sosial dihebohkan kembali oleh pernyataan Megawati dalam salah satu sambutannya dengan menyentuh ranah ‘tradisi’ menuntut ilmu bagi ibu-ibu umat Islam di pengajian.

Praktis pernyataan ini memancing kegaduhan dan ujungnya Megawati ‘dibully’, walau ia meminta dengan mewanti-wanti untuk tidak dibully akibat pernyataannya oleh masyarakat.

Megawati; Defisit ‘Kapital Moral’ Pemimpin

Yudi Latif dalam buku “Menuju Revolusi Demokratik, Mandat untuk Perubahan Indonesia” menyatakan bahwa Abraham Lincoln, Charles de Gaulle, dan Nelson Mandela adalah beberapa tokoh yang memiliki ‘kapital moral’ untuk mejembatani keinginan serta peran vitalnya bagi masyarakat terutama dengan kemampuannya membawa komunitas politik keluar dari kubangan krisis.

Baca Juga: Pidato Lengkap Megawati Soal Heran Ibu-ibu Senang Ikut Pengajian, Bahas Stunting

Moral yang dimaksud di sini adalah kekuatan dan kualitas komitmen aktor/institusi politik dalam memperjuangkan nilai-nilai, tujuan, dan kepentingan politik yang dikehendaki dan dibenarkan sebagian besar komunitas politik. Kapital di sini bukan sekadar potensi kebajikan yang dimiliki seseorang, melainkan potensi yang bisa menggerakkan (roda politik). Dengan demikian, yang dikehendaki bukan sekadar kualitas moral, namun juga kemampuan politik untuk menginvestasikan potensi kebajikan perseorangan ini ke dalam mekanisme politik sehingga dapat mempengaruhi tingkah laku masyarakat.

Paling tidak, ada empat sumber utama bagi seorang pemimpin untuk mengembangkan, menjaga, dan memobilisasi “Kapital Moral” secara politik. Pertama, integritas moral (moral ground); menyangkut nilai-nilai, tujuan, serta orientasi politik yang menjadi komitmen dan dijanjikan pemimpin politik kepada konstituennya; Kedua, tindakan politik; menyangkut kinerja pemimpin politik dalam menerjemahkan nilai-nilai moralitas ke dalam ukuran perilaku, kebijakan, dan keputusan politiknya;

Ketiga, keteladanan; menyangkut contoh-contoh perilaku moral yang konkrit dan efektif, serta menularkan kesan autentik dan keyakinan kepada komunitas politik; Keempat, keefektifan komunikasi politik; menyangkut kemampuan seorang pemimpin untuk mengomunikasikan gagasan serta nilai-nilai moralitasnya dalam bentuk retorika politik efektif yang mampu mempengaruhi dan memperkuat moralitas masyarakat.

Memang berat empat kriteria ini, banyak pemimpin politik kita yang gugur pada kriteria pertama karena banyak skandal hukum, menggelapkan uang negara, atau berkompromi dengan maling demi partainya. Untuk kriteria kedua juga, lebih sedikit yang lolos karena pemimpin partai tidak memperlihatkan kebijakan dan keputusan politik yang amanah, jujur, dan bersih. Kriteria ketiga lebih sulit lagi ditemui, pemimpin yang mengeklaim demokrat justru berperilaku tiran, mengaku pejuang wong cilik tapi justru semakin menjaga jarak dari rakyat sambil menumpuk kemewahan.

Baca Juga: Cerita Megawati Pernah Ditahan dan Ditilang Polisi: Saya 17 Tahun Nyetir Sendiri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat