kievskiy.org

Jelang Peringatan HUT Kemerdekaan Indonesia, Semangat Pemikiran Generasi Soekarno Semakin Memudar

Ilustrasi peringatan HUT Kemerdekaan Indonesia.
Ilustrasi peringatan HUT Kemerdekaan Indonesia. /Freepik Freepik

PIKIRAN RAKYAT -  Dalam beberapa bulan ke depan bangsa Indonesia akan memperingati hari kemerdekaannya. Rentang waktu selama 78 tahun dalam hitungan sejarah memang terbilang pendek. Tapi di tengah perkembangan teknologi yang sangat pesat, perubahan bisa terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Jika kita membandingkan perkembangan yang sudah kita alami dengan perkembangan yang terjadi di beberapa negara tetangga, kemajuan yang sudah kita capai masih jauh dari harapan.

 

Perkembangan sebuah bangsa bisa disandingkan dengan seberapa banyak telah menghasilkan para pembuat sejarah. Di tengah berbagai kontroversi, bangsa ini baru mencatat dua generasi pembuat sejarah yakni generasi Soekarno dan generasi Suharto. Generasi Soekarno menanamkan akar-akar filosofis untuk tegaknya sebuah negara yang merdeka dan berdaulat sementara generasi Soeharto melakukan langkah-langkah yang lebih pragmatis.

 

Sampai sekarang kedua jejak tersebut masih sering diperbandingkan serta tidak lupa disertakan keunggulan dan penyimpangannya, namun satu sama lain sebenarnya merupakan komplementer dari sebuah cita-cita keinginan membangun peradaban di tengah berbagai tantangannya.

Tadinya kita menyimpan harapan besar, munculnya kesadaran ingin melakukan reformasi dengan semangat yang gemuruh, akan menghasilkan sebuah jalan baru untuk terbitnya berbagai kebijakan yang lebih kokoh berlandaskan pada amanat konstitusi. Tapi harapan tersebut perlahan sirna, bahkan pada ujungnya justru menimbulkan perasaan kecewa. Terlalu banyak terjadi penyimpangan sehingga hampir-hampir kehilangan kendali.

 

Kesadaran seperti itulah yang sedang sama-sama kita rasakan belakangan ini. Di tengah euforia menghadapi pemilihan umum tahun depan, sangat banyak kritik bahkan caci maki yang sama-sama kita dengar. Tidak sedikit dari mereka yang berpendapat memang akan seperti itulah konsekuensi keterbukaan sebagai salah satu komponen demokrasi. Banyak pula yang menyesalkan mengapa perkembangannya seperti itu. Sering kita dengar yang menginginkan agar UUD 1945 dikembalikan kepada makna asalnya.

 

Sayangnya opini tersebut tidak berkembang. Tidak ada upaya untuk melakukan elaborasi yang lebih luas dan lebih mendalam. Padahal konstitusi merupakan penunjuk arah sehingga langkah-langkah kebijakan harus terus dipertahankan sehingga tidak terbuka kemungkinan terjadinya penyimpangan. Reaksi masyarakat sebenarnya sudah memberikan isyarat seolah pembenaran. Misalnya beberapa rancangan undang-undang justru menimbulkan reaksi penolakan karena dianggap tidak sejalan dengan amanat konstitusi.

Pragmatisme 

Sementara para ahli hukum tata negara terkesan sebatas memberikan reaksi sesaat, sehingga esensi dari persoalan yang sebenarnya tidak sampai terungkap dan menjadi pembicaraan luas. Pragmatisme tampaknya telah menjadi anutan seluruh bangsa. Tidak terdengar perkembangan pemikiran yang lebih substantif, bahkan juga di lingkungan kampus.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat