kievskiy.org

Pemilu 2024: Agama Bukan Bahan Gurauan, Apalagi demi Meraih Kekuasaan

Ilustrasi Pemilu 2024.
Ilustrasi Pemilu 2024. /Pikiran Rakyat/Waitmonk

PIKIRAN RAKYAT - Bukan hanya problema kecurangan politik saja, isu-isu sosial seperti hoaks, saling sindir antarpartai, capres dan cawapres, sering muncul mewarnai situasi politik setiap menjelang pemilu, pilpres, dan pilkada. Khalayak mungkin masih ingat akan kasus hoaks Ratna Sarumpaet yang mengaku dikeroyok orang-orang tak dikenal yang muncul menjelang Pemilu dan Pilpres tahun 2019.

Beberapa politikus besar, termasuk Prabowo, calon presiden pada waktu itu, terjebak dalam putaran hoaks tersebut. Sebelum munculnya kasus Ratna Sarumpaet, puisi 'Doa Perang Badar' yang dibacakan Neno Warisman dalam Munajat 212 pada Desember 2018, seolah-olah menjadi pintu pembuka memanasnya suhu perhelatan Pemilu dan Pilpres 2019.

Kini, menjelang pemilu 2024, masalah rutin seperti itu muncul kembali. Kasus hoaks selalu menjadi masalah yang paling sering muncul. Siaran pers Menkominfo pada 27 Oktober 2023 menyebutkan, hingga Oktober 2023, telah teridentifikasi 101 isu hoaks.

Tentu saja, isu hoaks ini akan semakin meningkat dan menyesatkan khalayak, lebih-lebih bagi mereka yang tidak memiliki kepedulian terhadap literasi digital dan media sosial. Bukan hanya isu hoaks saja, candaan atau humor kering dan amatiran dari para politikus pun sering mengundang keresahan, kegaduhan, bahkan kegeraman khalayak.

Kini, seiring maraknya stand up comedy, banyak politikus yang menjadi komedian dadakan. Ada pula komedian beneran yang membuat candaan kering yang jauh dari kelucuan. Dia menjadikan suku, ras, dan ajaran agama sebagai bahan candaan.

Pada 7 Desember 2023, komika Aulia Rahman mengawali candaan tidak lucu menjelang perhelatan Pemilu 2024. Dalam acara “Desak Anies” di Kota Bandar Lampung, dia melontarkan candaan tentang nama Muhammad yang banyak menjadi penghuni penjara dan mengatakan “Kayak penting aja nama Muhammad.”

Tentu saja, candaan kering ini menyinggung perasaan umat Islam, sebab Muhammad merupakan nama yang sakral bagi umat Islam.

Demikian pula halnya dengan pernyataan Prabowo yang menyebut “Ndasmu etik” telah menimbulkan kegaduhan khalayak dan kesibukan para juru bicara dan pendukungnya untuk menjelaskan bahwa pernyataan tersebut hanya humor atau candaan belaka.

Namun, sayangnya, penjelasan dari para juru bicara dan para pendukungnya tersebut tidak memuaskan khalayak, terlebih-lebih ia melontarkannya setelah melaksanakan debat calon presiden. Khalayak sudah telanjur menilai lontaran Prabowo tersebut sebagai sindiran kepada Calon Presiden lainnya, terutama Anies baswedan, yang di Debat Capres secara terang-terangan menyinggung persoalan etika atas putusan Mahkamah Konstitusi tekait aturan batas usia capres-cawapres.

Tak berselang lama dari pernyataan Prabowo, kini khalayak dihebohkan dengan pernyataan Zulkifli Hasan. Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu melontarkan candaan tentang ucapan  "aamiin" senyap dan gerakan tahiyatul akhir dengan dua jari dalam ibadah salat.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat