kievskiy.org

Makin Banyak Anak Muda yang Terjebak Pinjol: Gaya Hidup Elite, Penghasilan Sulit

Ilustrasi. Makin banyak anak muda yang terjebak dalam pusaran pinjaman online alias pinjol.
Ilustrasi. Makin banyak anak muda yang terjebak dalam pusaran pinjaman online alias pinjol. /Pixabay/AxxLC

PIKIRAN RAKYAT - Berdasarkan data OJK (Otoritas Jasa Keuangan) 2023, anak muda adalah nasabah pinjol (pinjaman online) yang paling banyak mengalami kredit macet. Dari total 2,5 juta orang yang mengalami kredit macet, 1,5 juta orang atau 57 persennya adalah anak muda. Persentase kredit macet anak muda pun terus naik. Pada periode Januari-Agustus 2021, jumlahnya 8,1 persen. Pada periode yang sama tahun 2023, naik menjadi 13,4 persen.

Kebanyakan anak muda adalah pekerja pemula dengan penghasilan yang masih terbatas. Jika melihat perbandingan antara jumlah penghasilan dengan jumlah pinjaman yang mereka ajukan, bagai “besar pasak daripada tiang”. Menurut survei, rata-rata penghasilan pekerja pemula adalah Rp2,02 juta per bulan. Namun, rata-rata pinjamannya sebesar Rp2,44 juta atau 121 persen lebih besar dari rata-rata penghasilan.

Ironisnya lagi, pinjaman tersebut digunakan untuk keperluan konsumtif. Menurut data otoritas jasa keuangan (OJK), secara umum peminjam pinjol menggunakan sebagian besar atau 70 persen dari pinjaman tersebut untuk hal konsumtif. Sedang untuk keperluan yang produktif baru sebesar 30 persen.

Perilaku konsumtif dan pengeluaran yang “besar pasak daripada tiang” menyebabkan anak muda terjebak dalam pola “gali lubang, tutup lubang”. Pinjam dari satu pinjol untuk menutup cicilan di aplikasi lain.

Perilaku konsumtif anak muda sangat dipengaruhi oleh media sosial. Ada kecenderungan anak muda mengalami fear of missing out (FOMO). Menurut Stillman (2019), FOMO merupakan sifat ketakutan melewatkan sesuatu yang sedang ramai jadi perbincangan, entah itu produk pakaian terbaru, konser musik terbaru, atau destinasi wisata baru.

Mereka yang FOMO lebih banyak dipengaruhi dorongan emosional ketimbang penalaran dalam mengambil keputusan. Akibatnya, anak muda terjerumus pada gaya hidup hedon dan boros. Fenomena meningkatnya judi online yang digandrungi banyak anak muda juga berkorelasi dengan meningkatnya kredit macet pinjol. 

Psikologi keuangan

Ilustrasi uang logam.
Ilustrasi uang logam.

Agar anak muda tidak makin terjerumus dalam jerat pinjol, ada sejumlah langkah yang dapat dilakukan. Pertama, meningkatkan literasi keuangan kaum muda. Kasus anak muda terjerat pinjol karena masih rendahnya literasi keuangan anak muda.

Secara umum, literasi keuangan masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) Tahun 2022 oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, tingkat literasi keuangan sebesar 49,68 persen. Sementara tingkat inklusi keuangannya mencapai 85,1 persen

Perbandingan literasi keuangan dengan inklusi keuangan ini menunjukan bahwa banyak masyarakat yang dapat memanfaatkan produk atau layanan keuangan. Namun, mereka belum memiliki cukup pengetahuan, keterampilan, serta keyakinan dalam mengambil keputusan terkait dengan pengelolaan keuangan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat