kievskiy.org

Kampanye 'Gemoy' Prabowo dan Pembodohan Generasi Muda, Apakah Pemilih Muda Tak Butuh Gagasan?

Pendukung TKN Pemilih Muda (Fanta) Prabowo-Gibran melakukan aksi saat peluncuran platfrom digital di depan gedung Fanta Headquarters Prabowo-Gibran, Menteng, Jakarta, Kamis (14/12/2023). TKN Fanta Prabowo-Gibran meluncurkan platfrom digital pemilihmuda.id guna menyisir dan menyapu bersih semua pemilih muda untuk bisa menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2024.
Pendukung TKN Pemilih Muda (Fanta) Prabowo-Gibran melakukan aksi saat peluncuran platfrom digital di depan gedung Fanta Headquarters Prabowo-Gibran, Menteng, Jakarta, Kamis (14/12/2023). TKN Fanta Prabowo-Gibran meluncurkan platfrom digital pemilihmuda.id guna menyisir dan menyapu bersih semua pemilih muda untuk bisa menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2024. /Antara/Galih Pradipta ANTARA FOTO

PIKIRAN RAKYAT - Berbagai strategi kampanye dilakukan oleh 3 calon presiden (capres) menjelang Pemilu 2024. Salah satu yang sempat menghebohkan, bahkan menjadi tren, adalah sebutan 'Gemoy' yang disematkan pada Prabowo Subianto.

Gemoy merupakan plesetan dari kata gemas atau menggemaskan. Istilah ini populer di kalangan anak muda, terutama pengguna media sosial. Prabowo dianggap gemoy karena postur tubuhnya yang sintal dan sering berjoget.

Tren Gemoy ini kemudian terus menguat dan menjadi branding Prabowo yang terus diperkenalkan oleh tim pemenangannya. Tentu saja tren ini menyasar anak muda dan pemilih pemula.

Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum RI, dari Daftar Pemilih Tetap (DPT)
Nasional yang jumlahnya 204.807.222 orang, 106.358.447 orang atau 52 persen di antaranya merupakan anak muda dengan rata-rata usia 17-40 tahun.  Dari data tersebut, maka suara anak muda sangat menentukan hasil Pemilu 2024 mendatang.

Joget gemoy ala Prabowo sangat digemari oleh sebagian besar generasi muda.  Meskipun demikian, jika dikaji lebih dalam, ketertarikan pemilih muda yang didasarkan pada kampanye Gemoy yang terus dipopulerkan oleh tim pemenangan Prabowo-Gibran memunculkan beberapa permasalahan mendasar.

Kampanye 'Gemoy' minim gagasan

Calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto (kiri) berjoged saat konsolidasi relawan Posko Pemilih Prabowo-Gibran (Kopi Pagi) di Sentul International Convention Center, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (16/12/2023). Konsolidasi yang diikuti 10 ribu relawan dari Jakarta dan Jawa Barat tersebut untuk pemenangan pasangan Capres dan Cawapres nomor urut 2 Prabowo-Gibran pada Pemilu 2024.
Calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto (kiri) berjoged saat konsolidasi relawan Posko Pemilih Prabowo-Gibran (Kopi Pagi) di Sentul International Convention Center, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (16/12/2023). Konsolidasi yang diikuti 10 ribu relawan dari Jakarta dan Jawa Barat tersebut untuk pemenangan pasangan Capres dan Cawapres nomor urut 2 Prabowo-Gibran pada Pemilu 2024. ANTARA FOTO

Adanya peningkatan elektabilitas Prabowo-Gibran sebagai efek dari kampanye melalui
joget Gemoy, membuat Tim Pemenangan cenderung tidak menyampaikan hal-hal yang
bersifat subtansial seperti visi dan misi kepada masyarakat.

Anak muda yang diharapkan bisa menjadi pemilih rasional dengan segala idealisme yang masih melekatpun, terhipnotis dengan kampanye gemoy. Kampanye yang seharusnya menjadi ajang penyampaian visi, misi dan gagasan dari pasangan calon, berubah menjadi arena senam Joget Gemoy.

Kecenderungan anak muda lebih kepada bagaimana cara berjoget Gemoy ala Prabowo, bukan lagi pada apa gagasan Prabowo-Gibran.

Kampanye Joget Gemoy yang berhasil menghipnotis generasi muda ini, dipengaruhi
oleh kekuatan media. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Philip Green dalam
buku Key Concepts in Critical Theory of Democracy bahwa pengaruh media hari ini
tidak dapat dibendung, media bahkan dapat menciptakan ';realitas'.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat