kievskiy.org

Kampanye Pemilu 2024 Sepi, Omzet UMKM Penjual Kaus Menurun Drastis

Ilustrasi Alat Peraga Kampanye (APK).
Ilustrasi Alat Peraga Kampanye (APK). /Pikiran Rakyat/Ririn Nur Febriani

PIKIRAN RAKYAT - Tinggal satu bulan lebih empat hari lagi pesta demokrasi akan berlangsung di negeri ini. Rakyat Indonesia akan menentukan kepemimpinan baru di republik ini dengan memilih 3 calon pasangan presiden dan wakil presiden. Tak hanya itu, pesta demokrasi tersebut juga akan menentukan siapa wakil rakyat yang akan duduk dan partai mana yang akan berkuasa di Senayan, 5 tahun mendatang.

Terlepas dari adanya beberapa kasus yang terjadi di beberapa daerah, secara umum harus diakui bahwa masa kampanye kali ini sangat kondusif. Tidak seperti masa kampanye pemilu sebelumnya, kali ini sangat jarang sekali terjadi pengerahan massa di sebuah tempat yang dilakukan oleh calon atau partai tertentu. Bahkan, jika dilihat khususnya di Kota Bandung, masa kampanye kali ini cenderung sepi.

Padahal, biasanya, seiring mendekatnya waktu pemilihan, mereka yang berkampanye tengah gencar-gencarnya menaikan “citra” untuk bisa dikenal masyarakat. Segala cara pun dilakukan untuk mengenalkan dirinya agar bisa dipilih di daerah pemilihannya nanti.

Nyatanya, sampai saat ini, masih banyak masyarakat yang belum tahu siapa yang akan mereka pilih di pemilu nanti karena memang tidak mengenal kandidat yang ditawarkan oleh partai.

Apakah para kandidat itu masih menyimpan “amunisinya”? Atau memang cara kampanye saat ini sudah berubah?

Kampanye digital

Warga melintas di dekat tembok yang dipasangi alat peraga kampanye (APK) di Kademangan, Setu, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (29/12/2023). Pemasangan APK di pinggir jalan tersebut mengganggu pemandangan di ruang publik. ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/foc.
Warga melintas di dekat tembok yang dipasangi alat peraga kampanye (APK) di Kademangan, Setu, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (29/12/2023). Pemasangan APK di pinggir jalan tersebut mengganggu pemandangan di ruang publik. ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/foc. ANTARA FOTO

Diakui atau tidak, dengan perkembangan teknologi saat ini, banyak kandidat yang beralih dari kampanye konvensional ke digital. Mereka menggunakan berbagai platform khususnya di media sosial untuk meningkatkan personal branding-nya. Langkah ini dianggap lebih praktis, mudah, dan murah dalam memperkenalkan dirinya ke publik dibandingkan berdialog langsung menumpulkan massa yang tentunya lebih sulit dan mahal. Dengan kondisi masyarakat perkotaan di Indonesia yang mulai melek teknologi, cara ini dinilai efektif.

Semakin berkurangnya interaksi langsung tersebut tentu berimbas ke beberapa sektor, khususnya para penyedia alat peraga kampanye seperti baliho, kaus, atau barang lainnya. Memang tidak semua calon meninggalkan cara-cara konvensional ini. Namun, kalaupun ada, kuantitasnya tidak sebanyak dahulu.

Setidaknya hal itu pula yang dirasakan para pengusaha kaus yang berada di sentra kaus Jalan Suci Bandung. Mereka mengaku bahwa omzet menjelang pemilu kali ini sangat jauh dibandingkan sebelumnya, bahkan cenderung sepi. Padahal, jika dilihat jumlah partai dan kandidat caleg para pemilu 2024, jumlahnya lebih banyak.

Kondisi tersebut ternyata tak hanya terjadi di Bandung, tetapi hampir di seluruh wilayah di negeri ini. Bahkan, dari beberapa sumber di asosiasi UMKM Indonesia mengakui adanya penurunan order-an di masa pemilu kali ini.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat