kievskiy.org

Tagih Komitmen Capres untuk Pertanian, Jangan Lagi Sawah Tergusur Proyek Nasional

Warga menikmati suasana sekitar Stadion Gelora Bandung Lautan Api, di Kecamatan Gedebage, Kota Bandung, Senin, 30 Januari 2023.
Warga menikmati suasana sekitar Stadion Gelora Bandung Lautan Api, di Kecamatan Gedebage, Kota Bandung, Senin, 30 Januari 2023. /Pikiran Rakyat/Deni Armansyah

PIKIRAN RAKYAT - Jelang debat capres pada Minggu, 21 Januari 2024, isu pangan akan menjadi salah satu tema bahasan yang tak kalah penting untuk kita simak. Setidaknya ada 3 hal penting yang perlu kita renungkan terkait isu tersebut.

  • Isu ketahanan pangan dan indeks ketahanan pangan Indonesia.
  • Isu kelestarian lahan dan modernisasi pertanian.
  • Isu kebijakan dan tata niaga pertanian. 

Ketahanan pangan dapat diukur dari 3 aspek yaitu ketersediaan, keterjangkauan, dan pemanfaatan pangan menurut Badan Pangan Nasional. Di sini letak dilema ketahanan pangan karena ketersedian pangan tidak bergantung pada sistem produksi pangan dari negara asal, akan tetapi bergantung pada supply chain (rantai pasok).

Pada poin inilah negara harus bersikap. Akan menuju kemanakah arah lahan pertanian kita? Masihkah polemik impor menjadi perdebatan panas yang terus berulang atau kita sebaliknya menjadikan pertanian sebagai salah satu program strategis dan berkelanjutan?

Indonesia pernah mengalami surplus produksi beras pada saat Revolusi Hijau tahun 1950-an hingga 1980-an. Saat itu, Indonesia berhasil swasembada beras.

Sejak saat itu, keberhasilan Revolusi Hijau sulit terulang kembali akibat respons terhadap pupuk yang tidak sebaik seperti sediakala. Fenomena ini sering disebut levelling off ketika tanaman tidak lagi meningkat produksinya walau dosis pemupukan ditambah.

Sayangnya, keberhasilan era 1980-an ternyata tak mampu dipertahankan Indonesia. Pukulan demi pukulan membuat pertanian Indonesia kian terpuruk, walaupun rata-rata indeks ketahan pangan (IKP) Indonesia berada di 60,2 atau peringkat ke-63 dari 113 negara.

Nilai ini masih di bawah indeks rata-rata dunia sebesar 62,2 dan Asia Pasifik sebesar 63,42. Salah satu penyebab kemerosotan ini adalah komitmen kebijakan yang kurang berpihak pada petani.

Contohnya adalah impor beras, penentuan harga pembelian pemerintah (HPP), konversi lahan, pupuk langka, irigasi, hingga sistem sosial budaya pertanian yang kurang terpelihara. Hal inilah yang kemudian harus kita perbaiki.

Lahan dan modernisasi

Pemandangan Masjid Al Jabbar di Gedebage di tengah hamparan sawah.
Pemandangan Masjid Al Jabbar di Gedebage di tengah hamparan sawah.

Tidak dapat terelakan lagi, konversi lahan sawah sangat mengkhawatirkan. Menurut data pertanahan, konversi lahan sawah menjadi nonsawah di Indonesia mencapai 100.000 hektare per tahun, sedangkan kemampuan pencetakan sawah berkisar 60.000 hektare per tahun.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat