kievskiy.org

Petani di Jerman dan Prancis Lagi Sibuk Protes, Boro-boro Kepikiran Disko

Traktor diturunkan ke jalanan dalam aksi protes petani di Jerman.
Traktor diturunkan ke jalanan dalam aksi protes petani di Jerman. /Reuters/Fabrizio Bensch

PIKIRAN RAKYAT - Perbincangan soal petani mendadak riuh di media sosial setelah capres (calon presiden) nomor urut 2, Prabowo Subianto, mengungkapkan keinginannya agar petani di Indonesia punya kehidupan seperti petani di Jerman: Pagi berladang, malam disko.

Keriuhan ini membuat saya tergelitik untuk membeberkan bagaimana kehidupan petani di Prancis. Di Prancis, menjadi petani adalah pekerjaan yang diidam-idamkan, hal ini mungkin berbeda dengan di Indonesia.

Alasan banyak orang ingin menjadi petani di Prancis, menurut saya, berkaitan dengan sejarah. Revolusi Prancis dimulai dari petani yang protes kepada aristokrat. Petani adalah pelopor dari egalitarianisme, salah satu unsur dalam falasafah negara Prancis yakni liberte, egalite, fraternite. Sementara secara historis dan filosofis, petani adalah unsur utama dalam masyarakat Perancis.

Beragam acara tahunan didedikasikan bagi petani. Salah satunya adalah Salon International de l´Agriculture yang pada tahun ini akan digelar pada 24 Februari 2024 hingga 3 Maret 2024 di Paris.

Acara-acara dari para petani seperti ini ditunggu masyarakat Prancis karena para petani akan menjajakan bahan pangan dan produk makanan terbaik yang mereka miliki. Mulai dari sayur mayur, buah, daging, produk susu, minuman anggur dan sebagainya. Bagi orang Prancis yang gandrung dengan budaya kuliner, acara semacam ini memang selalu ditunggu.

Bukti lain pekerjaan sebagai petani amat digemari di Prancis adalah beragam sekolah pertanian dan teknologi pertanian yang didirikan di tiap kota dan pelosok Prancis.

Segala macam teknologi pertanian dan mesin-mesin besar pertanian diproduksi dari sekolah pertanian tersebut untuk menunjang kinerja para petani. Teknologi dan alat pertanian terus diproduksi paling dan dimutakhirkan untuk menjawab tantangan perubahan iklim atau global warming.

Namun, musim dingin berkepanjangan dan ekstrem awal tahun 2024, membuat petani Prancis kesulitan dalam bekerja memenuhi kebutuhan masyarakat.

Efek dari semua itu terasa di setiap pasar tradisional Prancis. Harga pangan menjadi mahal. Kenaikan harga bahan pangan di pasar-pasar selama akhir kuartal 2023 mencapai dengan 15 persen.

Hal ini membuat penjualan menurun dan rantai ekonomi para petani secara keseluruhan menukik tajam. Petani Prancis tidak diuntungkan oleh pasar sejak akhir tahun kemarin, belum lagi rencana pajak pertanian yang dinaikan oleh pemerintah, berbarengan dengan dicabutnya subsidi bahan bakar untuk alat pertanian, dan kenaikan harga untuk pakan ternak.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat