kievskiy.org

Runtuhnya Citra Jokowi Jelang Akhir Masa Jabatan, ke Mana Slogan Saya Indonesia, Saya Pancasila?

Ilustrasi Jokowi.
Ilustrasi Jokowi. /Pikiran Rakyat/Fian Afandi

 

PIKIRAN RAKYAT - Meskipun menimbulkan beragam polemik, Presiden Joko Widodo mengajak khalayak untuk memasyarakatkan slogan 'Saya Indonesia, Saya Pancasila' tahun 2017 lalu. Slogan tersebut khusus ia ciptakan menjelang rangkaian peringatan hari lahir Pancasila, 1 Juni 2017.

Mulai dari pejabat tinggi, pejabat daerah, para artis dan seniman, sampai khalayak ikut serta menyebarluaskannya. Terlebih-lebih tujuan dari slogan tersebut sangatlah mulia, yakni untuk menguatkan dan memperkenalkan ulang dasar-dasar Pancasila; menarik minat generasi muda terhadap Pancasila; dengan harapan seluruh rakyat dapat menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Langkah presiden Joko Widodo tersebut mendapat pujian dari berbagai kalangan. Langkah ini sebagai perwujudan untuk mengembalikan kehidupan bangsa Indonesia kepada akar kehidupan yang berbudi dan berbudaya, mengenal sopan santun, bermoral dan beretika, hidup bergotong-royong, dan menyelesaikan suatu masalah dengan jalan musyawarah. Malahan presiden digadang-gadang sebagai pemimpin teladan yang hidup sederhana, penuh kearifan, santun, bermoral-beretika, dan benar-benar ingin menegakkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pujian tersebut tak terlepas dari sikap dan perilaku Joko Widodo yang pikayungyuneun, jauh sebelum ia menjadi presiden. Ketika ia menjabat wali kota Solo, pola pemerintahan dan penyelesaian masalah yang dihadapi warganya menjadi contoh bagi pemerintahan daerah lainnya.

Kesenangannya melakukan blusukan, menyerap aspirasi warga, kemudian melakukan musyawarah untuk mencari solusinya menjadi ketertarikan berbagai pihak, terutama partai politik untuk menariknya menjadi pemimpin ke jenjang yang lebih tinggi. Tak berselang lama ia diusung beberapa partai politik menjadi Gubernur DKI Jakarta, dan kemudian menjadi Presiden.

Pada awal-awal pemerintahannya, ia benar-benar sederhana. Puja-puji terhadap Joko Widodo muncul hampir dalam setiap kesempatan. Beragam slogan pun muncul, 'Jokowi adalah kita, kita adalah Jokowi'. Para musisi pun tak ketinggalan menciptakan lagu yang liriknya memuja-muji Presiden Jokowi.

Kini menjelang berakhir kekuasaannya, tanggapan khalayak terhadap Presiden Joko Widodo berbalik hampir 180 derajat, terlebih-lebih setelah keputusan Mahkamah Konstitusi yang meloloskan putra mahkota Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden.

Blusukan, merakyat, dan sederhana, kata populer yang melekat pada diri Presiden Jokowi tergantikan dengan kata-kata cawe-cawe, tidak konsisten, dan tidak netral. Selain itu, kata-kata melanggar moral dan etika menjadi kata populer yang melekat pada masa-masa akhir pemerintahan Presiden Jokowi.

Jika kita kembali kepada slogan yang diciptakan oleh presiden sendiri, 'Saya Indonesia, Saya Pancasila', rasanya kita boleh bertanya, apakah pelanggaran etika dan moral yang menerpa pemerintahan Presiden Jokowi saat ini merupakan representasi dari slogan 'Saya Indonesia, Saya Pancasila?'

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat