kievskiy.org

Tanpa Implementasi Demokrasi Sehat, Smart City di Indonesia Cuma Impian Belaka

Ilustrasi smart city.
Ilustrasi smart city. /Freepik/pikisuperstar

PIKIRAN RAKYAT - Pengambangan smart city sempat menjadi sorotan publik karena konsep idealnya telah tercemar oleh penangkapan wali kota dan sekda Bandung dalam kasus korupsi atau pencurian uang rakyat pengadaan CCTV untuk mendukung program smart city.

Smart city atau kota pintar merupakan konsep terbarukan manajemen kota, tujuannya adalah memperbaiki kualitas hidup dari warga kota dengan mendesain kota yang lebih adaptif dan efisien, menggunakan teknologi terbaru yang mengandalkan ekosistem objek dan jasa.

Tidak semua kota mampu mengeklaim dirinya sebagai smart city, karena aspek kriterianya tidak mudah dipenuhi, disadur dari beberapa sumber. Kriteria smart city di antaranya sebagai berikut:

  • Ketersediaan air cukup
  • Ketersediaan energi terjamin
  • Manajemen kebersihan terintegrasi
  • Manajemen limbah padat yang baik
  • Pergerakan urban yang terukur
  • E-governance yang efisien
  • Transportasi publik yang mumpuni
  • Jejaring keterhubungan Informasi Teknologi
  • Partisipasi warga kota

Konsel awal smart city

Konsep smart city diawali di Tel Aviv Israel dan dianugerahi sebagai kota dengan predikat smart city terbaik di dunia persis sedekade lalu, setelahnya semua kota di dunia berlomba-lomba ingin menciptakannya.

Singapura menjadi pionir bagi smart city di Asia Tenggara sejak 2014, di Asia Tenggara trend smart city menjamur dan menyebar ke penjuru dunia, semua pemimpin kota terinspirasi untuk membangun smart city.

Smart city seakan menjadi tatanan kota ideal bagi keseluruhan, padahal belum tentu smart city relevan dengan masyarakat dan budaya kota tersebut.

Banyak smart city di Indonesia dan bahkan dunia sekalipun gagal dalam tata kelola infrastruktur, semisal di Bandung konsep urban bicycle tidak mendapat respons baik dari warga kota, kita bisa melihat di pusat-pusat Kota Bandung infrastruktur sepeda terbengkalai, karena memang secara budaya orang Bandung kurang suka menggenjot pedal sepeda di jalan-jalan kota yang penuh dengan kendaraan bermotor dan pada kontur kotanya yang berbukit-bukit, menggenjot sepeda akan membuat betis dan paha bekerja ekstra keras.

Smart city hanyalah konsep tatanan ideal, ideal dalam artian efeknya harus dirasa positif bagi setiap warga kota. Konsep tersebut memiliki aspek negatif risiko adanya cybercrime karena digitalisasi segala hal, kecenderungan kontrol pemerintah atas segala hal dalam kehidupan sehari-hari warga (omnipresent) dan terakhir biaya tinggi energi yang harus ditanggung oleh warga kota.

Hal terakhir ini yang biasanya dikeluhkan oleh kelas menengah bawah perkotaan, karena beban energi smart city yang besar ini wajib ditanggung renteng oleh warganya, dalam bentuk pajak dan biaya energi yang makin bengkak.

Selain dari yang sifat pembangunan infrastruktur masif dan satu arah, ada aspek pembangunan manusia yang penting diperhatikan bagi smart city. Aspek ke-9 atau partisipasi warga adalah yang tersulit untuk dipenuhi, karena partisipasi warga artinya mayoritas warga antusias dalam mengelola dan mengembangkan konsep smart city.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat