kievskiy.org

Seenaknya Memberi Julukan, Penyakit Parah di Indonesia Sejak Orde Baru sampai Reformasi

Ilustrasi. Penjulukan bisa membuat seseorang tebunuh. Contohnya sudah ada, yakni pada 1965.
Ilustrasi. Penjulukan bisa membuat seseorang tebunuh. Contohnya sudah ada, yakni pada 1965. /Pixabay/Alexa

PIKIRAN RAKYAT - Tom Iljas pulang ke Indonesia tahun 2015. Sebelum itu, dia tinggal di Swedia selama puluhan tahun. Di Sumatra Barat, kampung halamannya, dia dirintangi warga setempat untuk menziarahi makam bapaknya. Bapaknya tewas dalam Tragedi 1965. Dia diinterogasi dan dibentak polisi, lalu dideportasi.

Sementara itu, Hartoni Ubes, yang puluhan tahun tinggal di Ceko, mengatakan, “Pembunuh dihukum 20-25 tahun. Kami dihukum lebih lama, tak buat apa-apa."

Poster film Eksil.
Poster film Eksil.

Kisah-kisah mereka itu terdapat di dalam film Eksil yang tayang di bioskop sejak awal Februari 2024. Mereka adalah pemuda yang sedang studi di luar negeri saat Soekarno berkuasa.

Dari 10 orang eksil yang dilukiskan dalam film yang disutradarai Lola Amaria itu, beberapa berafiliasi dan bersimpati dengan PKI. Selebihnya, hanya dianggap “Komunis” atau “kerabat Komunis” atau sekadar mahasiswa lugu, tetapi tidak boleh pulang ke Tanah Air, meski mereka tetap mencintai Indonesia.

Penderitaan Tom dan Hartoni, serta 8 eksil lainnya dalam film itu, mengandung hikmah berharga: "Kita tidak boleh berprasangka dan memberikan julukan buruk terhadap orang lain (Quran, Al Hujurat:11-12)."

Monumen G30SPKI
Monumen G30SPKI

Pemberian julukan

Dari ratusan ribu orang yang tewas dibantai pada tahun 1965, sebagiannya adalah rakyat tak berdosa yang tidak tahu apa-apa. Mereka sekadar diduga komunis atau kerabat komunis oleh pihak yang membantainya. Bahkan, keturunannya yang masih balita saat Tragedi 1965, terus dicurigai dan didiskriminasi pemerintah dan lingkungan sosial hingga dewasa.

Menelaah penderitaan para tokoh dalam film Eksil, menarik untuk menggunakan teori penjulukan. Teori ini menganggap penyimpangan, apalagi sekadar dugaan penyimpangan (sebagai komunis misalnya), adalah proses interaksi antara deviants dan non-deviants.

Penguasa (pemerintah, TNI, polisi) atau pihak yang mampu memaksakan definisi moralitas konvensional terhadap orang lain, seperti pers, menyediakan sumber utama penjulukan. Pendapat mereka dapat menimbulkan penganiayaan atau pembunuhan terhadap pihak yang didefinisikan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat